SERAYUNEWS – Tidak lama lagi, seluruh masyarakat Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79, tepatnya pada hari Sabtu, 17 Agustus 2024.
Berbagai perayaan akan dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan, salah satunya adalah lomba membaca puisi bertema kemerdekaan.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini adalah 5 puisi bertema kemerdekaan karya sastrawan Indonesia yang bisa menjadi referensi untuk mengikuti lomba 17 Agustus.
Puisi merupakan salah satu jenis sastra lama yang memiliki irama, rima, dan sajak yang indah. Menurut buku Bahasa Indonesia 3 karya Sri Sutarni (2008: 126), ada beberapa ciri khas dalam membuat puisi, yaitu:
Oleh: Chairil Anwar
Waktu jalan…
Aku tidak tahu apa nasib waktu
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan…
Aku tidak tahu apa nasib waktu!
Oleh: Taufiq Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
Oleh: WS Rendra
Engkau melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.
Aku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
engkau berkudung selendang katun di kepalamu.
Engkau menjadi suatu keindahan,
sementara dari jauh
resimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi cahaya matahari,
kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu.
Peluruku habis
dan darah muncrat dari dadaku.
Maka di saat seperti itu
kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
bersama kakek-kakekku yang telah gugur
di dalam berjuang membela rakyat jelata.
Oleh: Sapardi Djoko Damono
Kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
Di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
Di tepinya cakrawala
Terjerat juga akhirnya
Kita, kemudian adalah sibuk
Mengusut rahasia angka-angka
Sebelum Hari yang ketujuh tiba
Sebelum kita ciptakan pula Firdaus
Dari segenap mimpi kita
Sementara seekor ular melilit pohon itu:
Inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah
Oleh: Ir Soekarno
Jika aku berdiri di Pantai Ngliyep
Aku mendengar lautan Indonesia bergelora
Membanting di Pantai Ngliyep itu
Aku mendengar lagu – sajak Indonesia
Jikalau aku melihat
Sawah menguning menghijau
Aku tidak melihat lagi
Batang padi menguning – menghijau
Aku melihat Indonesia
Jika aku melihat gunung-gunung
Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu
Gunung Tangkuban Prahu, Gunung Klebet
Dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku mendengar pangkur palaran
Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia
Jika aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia
Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa
Dengan mata yang bersinar-sinar
(berteriak) Merdeka! Merdeka!, Pak! Merdeka!
Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia!
Demikianlah 5 puisi kemerdekaan dari sastrawan ternama Indonesia yang bisa Anda jadikan referensi dalam memeriahkan lomba 17 Agustus 2024 mendatang. Semoga bermanfaat!***