Minggu, 26 Maret 2023

Ada Kandungan Gas Bumi di Semburan Lumpur Kroya? Ini Kata Tim Geologi Unsoed

Cilacap, serayunews.com – Setelah kabar semburan lumpur di areal persawahan Desa Sikampuh Kecamatan Kroya viral di media sosial, Tim Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed langsung melakukan investigasi. Pada Senin (15/5/2019), tim yang terdiri dari lima orang itu mendatangi lokasi kejadian. Mereka diantaranya, Ketua Tim Eko Bayu Purwasatriya ST MSi, anggota tim: Fadlin ST MEng, Drs Gentur Waluyo MSi, Sachrul Iswahyudi ST MT, dan Dr Indra Permana Jati ST MT.

Tim tersebut menyimpulkan, semburan lumpur yang terjadi di Desa Sikampuh, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap mengandung unsur gas metana. Kesimpulan ini didasarkan setelah dilakukan uji bakar saat tim melakukan investigasi lapangan.

“Tim Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed pada hari Senin 15 Juli 2019 melakukan investigasi lapangan setelah mendapat kabar adanya semburan gas. Kami menyimpulkan jenis gas yang keluar merupakan gas metan,” kata ketua Tim melalui keterangan tertulis yang diterima wartawan.

Ia menjelaskan, semburan telah berhenti saat tim berada di lokasi. Namun, tampak di sekeliling titik semburan tersebut material sedimen yang didominasi pasir berwarna kehitaman dan lumpur. Material pasir ini merupakan endapan pantai yang berumur Kuarter yang ikut tersembur keluar oleh semburan gas tersebut.

“Uji bakar juga dilakukan untuk mengetahui jenis gas tersebut dan ternyata sisa semburan gas masih dapat menyala ketika disulut oleh korek api, sehingga disimpulkan jenis gas yang keluar merupakan gas metan,” jelasnya.

Untuk mengetahui secara pasti apakah gas yang keluar merupakan gas biogenik (gas rawa) atau gas termogenik (gas bumi), kata dia, dilakukan uji lebih lanjut yaitu uji isotop C13. Namun jika melihat rembesan gas yang terdekat dari lokasi ini, yaitu di Desa Karanglewas, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas yang telah dilakukan uji isotop C13, hasilnya merupakan gas bumi.

“Besar kemungkinan semburan gas di lokasi ini juga merupakan gas bumi karena lokasinya yang dekat (sekitar 10 km) dan membentuk kelurusan jalur dengan rembesan minyak dan gas bumi lainnya,” paparnya.

Menurutnya, sumur yang digali penduduk setempat menembus kantong-kantong gas di dekat permukaan yang cukup banyak tersebar di jalur rembesan minyak dan gas bumi tersebut. Gas bumi dari bawah permukaan merembes ke permukaan dan mengisi rekahan-rekahan batuan di dekat permukaan, sehingga ketika ditembus oleh bor sumur, tekanannya cukup tinggi, tapi cepat pula menurun.

“Fenomena semburan gas ini tidak berbahaya seperti semburan lumpur di Sidoarjo, karena tatanan geologi di Banyumas berbeda dengan Sidoarjo, dimana di Banyumas tidak terdapat gunung lumpur di bawah permukaan seperti di Sidoarjo,” katanya.

Adanya rembesan minyak dan gas ini dapat dilihat pula sisi positifnya, Cekungan Banyumas potensi untuk menghasilkan minyak dan gas bumi, sehingga dapat menambah produksi nasional migas dan menumbuhkan ekonomi di Banyumas dengan adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas.

“Dinamakan Cekungan Banyumas itu adalah istilah dalam ilmu kebumian yang tidak dibatasi oleh batas administrasi kabupaten, dan mencakup beberapa areal kabupaten dengan batas yang diperkirakan yaitu Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, kota Purwokerto, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen bagian barat,” imbuhnya.

Berita Terkait

Berita Terkini