Ngadiman merupakan satu crew ambulance PMI Kabupaten Banjarnegara. Awalnya dia menolak untuk melakukan donor darah karena takut dengan jarum suntik, namun demi kemanusiaan, dirinya nekat melakukan donor darah pertama kali pada 30 Desember 1886 di Kabupaten Banyumas.
“Awalnya karena terpaksa untuk membantu sesama, saya masih ingat betul, saat pertama kali donor di Banyumas tanggal 30 Desember. Setelah itu, ternyata darah yang saya donorkan memberikan banyak manfaat, sejak saat itu saya terus terpanggil untuk melakukan donor secara rutin sesuai dengan jadwal,” kata Warga Desa Karangkemiri, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara ini.
Menurut Ngadiman, meski sudah 118 kali melakukan donor darah, dia masih saja tetap memalingkan muka dan menutup wajah saat melakukan donor darah. Bahkan saat sakit, dirinya tidak mau berhubungan dengan jarum suntik kecuali untuk kepentingan donor darah.
“Sampai saat ini, saya masih takut jarum, tetapi demi kemanusiaan, rasa takut itu bisa saya kalahkan. Saat ini sudah 118 kali saya melakukan donor darah secara rutin. Bahkan saya juga pernah mendapatkan penghargaan saat melakukan donor ke 100 kalinya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PMI Kabupaten Banjarnegara dr Amalia Desiana mengatakan, berdasarkan catatan yang ada, Ngadiman memang menjadi pendonor rutin PMI. Bahkan aksi sosialnya ini pernah membawanya ke Istana Presiden untuk menerima Lencana Emas dan piagam dari Presiden atas desikasi dan pengorbanannya dalam membantu sesama melalui donor darah.
“Hingga saat ini, selain menjadi driver ambulance dan kereta jenazah PMI, Ngadiman juga masih aktif dalam kegiatan kemanusiaan lainnya, termasuk terjun langsung sebagai tim semprot dan sosialisasi cegah Covid 19 PMI Kabupaten Banjarnegara,” katanya. (oel)