SERAYUNEWS, Pemerintah Kabupaten Cilacap menghadapi tantangan besar setelah adanya pemangkasan anggaran irigasi yang signifikan pada tahun 2025. Pasalnya, pemangkasan anggaran dari pemerintah pusat mencapai lebih dari Rp1 Miliar. Dampak dari kebijakan ini cukup terasa, mengingat kondisi jaringan irigasi di Cilacap yang mayoritas masih rusak berat, mencapai lebih dari 50 persen
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Cilacap, Hamzah Safroedin menyampaikan, pemangkasan anggaran oleh pemerintah pusat mencapai lebih dari Rp1 miliar bersumber pada dana transfer pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) yang selama ini digunakan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur irigasi.
“Dengan adanya pemangkasan anggaran dari pusat, kita jelas akan terdampak karena salah satu sumber pendanaan kita yang DAK di pusat juga dihapus semua. Meskipun cuma satu paket kan juga cukup besar, sehingga pasti akan berdampak pada capaian target kinerja kita,” ujarnya, Kamis (6/3/2025).
Keberadaan DAK tersebut sangat vital, mengingat banyak saluran irigasi di Cilacap yang sudah dalam kondisi sangat memprihatinkan. Meskipun begitu, Dinas PSDA tidak tinggal diam. Untuk mengatasi masalah terbatasnya anggaran, mereka berinisiatif melibatkan masyarakat melalui program “Si Gopar” atau Sistem Irigasi Gotong Royong Partisipatif.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, khususnya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), dalam pemeliharaan saluran irigasi. Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan kerusakan minor pada jaringan irigasi dapat segera ditangani dengan lebih efisien, terlebih sebagai penunjang ketahanan pangan.
Diketahui, Cilacap yang memiliki luas sawah mencapai 65.720 hektar, memiliki 21.745 hektar yang berada di bawah kewenangan Kabupaten. Namun, efisiensi saluran irigasi di daerah ini baru mencapai sekitar 49,31 persen dari target yang diharapkan sebesar 85 persen. Oleh karena itu, inovasi tata kelola irigasi dengan melibatkan seluruh stakeholder sangat diperlukan.
Sementara itu, meski anggaran terbatas, Hamzah menegaskan bahwa pihaknya tetap berusaha mengoptimalkan dana yang ada. “Kami tetap melakukan skenario-skenario efisiensi untuk mempertahankan fungsi irigasi yang ada dan menangani kerusakan yang sudah parah,” tambahnya.
Di sisi lain, pemangkasan anggaran juga diharapkan tidak berdampak pada program penyediaan air bersih. Dinas PSDA mengalokasikan anggaran untuk dua paket besar air bersih yang saat ini sedang berjalan. “Kami berharap tidak ada rasionalisasi lebih lanjut, karena itu akan sangat mempengaruhi program-program yang sudah direncanakan,” tandasnya.