SERAYUNEWS– Gelombang panas yang melanda sejumlah negara di Asia seperti Thailand dan India yang terjadi belakangan ini sempat dikhawatirkan masyarakat Indonesia tak terkecuali warga Kabupaten Cilacap. Meski demikian, suhu panas yang terjadi belakang ini hanyalah panas terik, bukan gelombang panas.
“Gelombang panas yang terjadi di Thailand dan India, tidak akan sampai melanda Indonesia atau lebih khusus Cilacap,” ujar Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorogi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, kepada serayunews.com, Senin (6/5/2024).
Lebih lanjut, Teguh menjelaskan, bahwa gelombang panas dapat terjadi di lintang menengah hingga lintang tinggi, dan terjadi di wilayah dataran yang sangat luas atau wilayah kontinental.
“Sedangkan Indonesia adalah wilayah tropis dengan kondisi geografisnya adalah negara kepulauan atau bukan daratan yang luas,” imbuhnya.
Menurutnya, suhu panas yang terjadi di Indonesia disebabkan karena adanya pergerakan semu matahari, dan akan terus berulang setiap tahunnya.
“Sebagai contoh, untuk suhu maksimum di Cilacap, setiap bulan Maret, suhu maksimum akan lebih tinggi dari bulan-bulan yang lainnya, karena saat bulan Maret posisi matahari berpindah dari BBS ke BBU dan melalui wilayah Cilacap dan sekitarnya. Pada saat posisi matahari tepat di atas Cilacap dan sekitarnya suhu maksimum tercatat akan lebih tinggi,” terangnya.
Teguh juga menjelaskan, bahwa suhu maksimum yang terjadi di Cilacap masih dalam rentang rata-ratanya, dan suhu maksimumnya tidak berlangsung terus menerus, paling hanya sehari hingga 2 hari kemudian turun kembali.
“Sedangkan kriteria gelombang panas adalah adanya kenaikan suhu udara yg tidak biasa, dan berlangsung panas terus menerus selama 5 hari atau lebih. Untuk Cilacap sendiri bukan gelombang panas tapi suhu panas karena gerak semu matahari,” ujarnya.
Sedangkan terkait dengan pergantian musim dari musim hujan ke musim kemarau, menurutnya secara umum diprediksi terjadi pada dasarian ketiga pada bulan Mei 2024.