SERAYUNEWS– Di tengah ancaman perubahan iklim dan abrasi yang terus menggerus kawasan pesisir, PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mengambil langkah strategis yakni mengajak warga Desa Bunton, Kecamatan Adipala, Cilacap, untuk belajar langsung dari “ahlinya” masyarakat Kampung Laut Cilacap yang sudah lebih dulu sukses mengelola ekosistem mangrove.
Bukan sekadar jalan-jalan, kegiatan studi banding ini digelar di Eduwisata Arboretum Mangrove Kolak Sekancil, kawasan konservasi pesisir yang kini jadi ikon edukasi lingkungan di Cilacap. Dalam pelatihan ini, warga diajak mengenal lebih dekat fungsi vital hutan mangrove, teknik penanaman yang tepat, hingga strategi pelestarian berbasis kearifan lokal.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, menyebutkan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Namun lebih dari itu, katanya, ini adalah bentuk kolaborasi nyata lintas sektor untuk menyelamatkan lingkungan pesisir dari kerusakan yang semakin nyata.
“Kami percaya bahwa pelestarian lingkungan tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak saja. Dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat dan sinergi lintas sektor untuk menciptakan ekosistem pesisir yang sehat dan lestari. Melalui pelatihan ini, kami ingin memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan agar warga dapat secara mandiri menjaga dan merehabilitasi kawasan mangrove sebagai benteng alami pesisir,” ujar Mamit, Senin (16/6/2025).
Mamit berharap, setelah mengikuti pelatihan ini, warga mampu melanjutkan inisiatif konservasi secara mandiri dan berkelanjutan. “Sosialisasi ini bukan akhir, tetapi awal dari gerakan bersama dalam menjaga ekosistem pesisir Cilacap,” kata Mamit.
Dalam kesempatan ini, PLN EPI menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang keilmuan dan praktisi lapangan.
Dr. Mukti Trenggono, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), memaparkan pentingnya mangrove dalam mitigasi perubahan iklim serta perlindungan wilayah pesisir dari abrasi. Ia juga memperkenalkan pendekatan restorasi berbasis ekologi yang sesuai diterapkan di wilayah Cilacap.
Materi teknis pembibitan dan penanaman mangrove disampaikan oleh Wahyono, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Krida Wana Lestari sekaligus pengelola kelompok konservasi mangrove Kolak Sekancil. Ia menekankan pentingnya pemilihan lokasi tanam yang tepat serta perawatan propagul agar memastikan pertumbuhan mangrove yang optimal.
Selain itu, Yayan Hadiyan dari Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), membahas strategi pengelolaan rumah bibit mangrove berbasis komunitas. Ia menegaskan bahwa proses pemantauan dan evaluasi berkala menjadi kunci keberhasilan program konservasi jangka panjang.
Jaban Sukarto, salah satu penggerak lokal (local heroes) sekaligus Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Lestari dalam pengembangan Ekowisata Mangrove Bunton mengungkapkan kegiatan studi banding dan pelatihan penanaman mangrove ini memberikan wawasan baru serta bekal ilmu yang sangat bermanfaat dalam pengelolaan ekowisata mangrove secara berkelanjutan.
“Dengan adanya kolaborasi seperti ini, kami semakin termotivasi untuk terus menjaga hutan mangrove sebagai sumber kehidupan dan masa depan generasi mendatang. Semoga sinergi ini dapat terus berlanjut dan membawa manfaat yang nyata bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat Desa Bunton,” imbuh Jaban.
Diketahui, melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini, PLN EPI berkomitmen untuk terus mendukung keberlanjutan lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat pesisir, sejalan dengan visi Perusahaan dalam mendorong pembangunan energi yang ramah lingkungan dan inklusif.