Gandrungmangu, serayunews.com
Penggunaan alat pengolah air minum tersebut dilaunching oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Casytha Arriwi Kathmandu ditandai dengan pemukulan gong dan pemotongan pita di tempat pengolahan air minum di Desa Gandrungmangu Kabupaten Cilacap.
Bantuan diberikan atas kerjasama dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Negeri Semarang (UNNES) didukung DPR RI, DPD RI, DPRD Cilacap dan Politeknik Negeri Cilacap, yang diharapkan dapat meningkatkan PADes Desa Gandrungmangu Cilacap dan menjadi percontohan untuk perkembangan BUMDes lainnya.
“Ini bentuk perhatian kita kepada desa, harapannya BUMDes berkembang dan desa memperoleh pendapatan asli desa semakin besar dan mandiri,” ujar Casytha kepada wartawan, Minggu (05/09) petang.
Menurut Casytha, untuk memaksimalkan potensi desa, bantuan diberikan setiap desa tidak sama atau berbeda, tergantung potensi yang dimiliki desa tersebut. Selain menyerahkan bantuan alat pengolah air minum, anggota DPD RI ini juga memberikan bantuan 14 kursi roda kepada sejumlah desa di Kecamatan Gandrungmangu, bantuan 100 paket sembako untuk warga tidak mampu, 5 buah bola voli dan 2 net untuk karangtaruna dan bantuan pembinaan untuk grup kesenian.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rohid Prayuda menyampaikan, produk teknologi yang didesiminasikan kepada masyarakat (PTDM), merupakan salah satu skema yang ada di BRIN dalam pemberdayaan masyarakat. Skema ini dikembangkan dengan mempertimbangkan adanya pembangunan yang sedang berkembang dan belum mampu bersaing karena lemahnya penerapan teknologi tersebut.
“Teknologi yang kita tempatkan di suatu daerah berdasarkan observasi di lapangan untuk mendukung ekonomi daerah. Diharapkan masyarakat terpacu untuk meningkatkan budaya Ipteknya (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Tim Peneliti Universitas Negeri Semarang Eka Yuli Astuti menyampaikan, teknologi ini mengubah air dari tanah atau sumur yang langsung bisa diminum, melalui teknologi reverse osmosis (RO), diharapkan membantu masyarakat memenuhi kebutuhan air bersih sebagai minuman yang sesuai standar.
“Standarisasi minum maksimal diambang batas 500, mungkin mineral lain yang dalam kemasan ada yang 200. Kita hanya dengan air sumur dengan kedalaman 13 meter bisa kita olah,” ujarnya.
Anggota DPRD Cilacap Fraksi PDI Perjuangan Daryono mengatakan, adanya bantuan tersebut sebagai satu kehormatan dan penghargaan dari masyarakat Cilacap, sehingga akan mendapatkan efek ekonomi karena mampu mengembangkan maupun menjual produk BUMDes dan bisa kerkembang di seluruh Kabupaten Cilacap serta menambah perolehan PADes.
“Saya yakin sepanjang pengelolan BUMDes dilakukan dengan profesional dan tetap memperhatikan rasa sosial, BUMDes akan berkembang dengan baik,” ujarnya.
Sementara Direktur BUMDes AG Prima Gandrungmangu Rohana Purba Nurfauzi menyampaikan, untuk PADes di BUMDes yang ia kelola alami peningkatan empat tahun terakhir. Dari modal awal sebanyak Rp 70 juta, di tahun pertama mendapat PADes Rp 900 ribu, tahun kedua Rp 1,5 juta, tahun ketiga Rp 2,5 juta dan tahun 2020 mendapat Rp 5 juta.
Untuk penjualan air minumnya, satu galon air RO dijual dengan harga Rp 7000, sedangkan air mineral biasa Rp 4000 pergalon sudah termasuk harga pasaran. Untuk distributor lebih murah dan bisa mendapat keuntungan Rp 2000.
“Rencananya kita akan distribusikan melalui unit usaha, kita juga ada kesepakatan dengan BUMDes se Kecamatan Gandrungmangu untuk membantu pemasaran, Semoga dengan adanya alat pengolah air RO bisa menambah PADes,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara AG Prima Rice, UNNES dan PT Nestra Kottama Indonesia untuk kerjasama pendampingan BUMDes dan penjualan beras.