SERAYUNEWS-Kondisi dunia yang tengah mengalami ancaman krisis pangan, air bersih dan energi membuat manusia harus memiliki gaya hidup berkelanjutan. Hal itu CEO Kampung Gagot Amrulloh sampaikan saat mengisi kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Amrulloh berbicara di hadapan 288 siswa SMAN 1 Sigaluh.
Menurutnya, gaya hidup berkelanjutan bisa dengan hal-hal yang sederhana. Mulai dari menjaga kebersihan lingkungan, mengolah sampah dengan baik. Kemudian, mengolah limbah yang bisa memberikan manfaat.
“Misalnya kami di Kampung Gagot, mengawali dengan hal sederhana, setiap warga memulai hari dengan menyapu halaman rumah masing-masing. Karena ternyata aspek utama wisata adalah kebersihan. Berikutnya kami melakukan pengelolaan sampah dan mengolah sampah menjadi pupuk,” katanya.
Selain itu, Kampung Gagot juga sudah memulai dengan membuat pertanian terpadu. Hal ini sebagai satu upaya bagaimana memenuhi dan menjadikan wilayah tercukupi akan kebutuhan pangan.
“Kita terus berupaya melakukan berbagai kegiatan yang endingnya pada bagaimana menjadikan pangan tersedia,” katanya.
Dia juga mengatakan bahwa banyak upaya pemerintah maupun masyarakat yang sia-sia, seperti kegagalan dalam upaya penghijauan melalui kegiatan penanaman pohon. “Ini yang sering terjadi, kita ramai-ramai menanam pohon, namun lupa untuk merawatnya. Ini dzolim namanya, kenapa dzolim terhadap tanaman, karena kita sering lupa. Kita hanya menanam tanpa merawat, apalagi memberi pupuk yang merupakan suplemen dari tanaman,” katanya.
Sementara itu, SMAN 1 Sigaluh saat ini sudah memiliki bank sampah yang digagas bersama relawan Inspirasi Rumah Zakat. Sekolah ini tahun lalu sudah berhasil membuat bank sampah di sekolah dan menjadi yang pertama di Banjarnegara. Bank sampah adalah ikhtiar minimal dalam rangka praktik nyata gaya hidup berkelanjutan.
Kepala SMAN 1 Sigaluh Antono Aribowo mengatakan, P5 ini membangun kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mandiri dalam memecahkan masalah di sekitarnya.
“Sampah menjadi masalah kita bersama. Dalam P5 ini, mereka mendapat tantangan untuk bisa mengolah sampah menjadi berkah. Minimal mereka bisa muncul kesadaran untuk memilah sampah untuk bank sampah,” katanya.