SERAYUNEWS-Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah (Jateng) memprediksi bahwa di bulan Februari 2025 curah hujan di sejumlah wilayah Jateng masih tinggi. Oleh karena itu sebagian besar kabupaten/kota diminta waspada terhadap bencana alam gerakan tanah (tanah longsor),termasuk di wilayah Banyumas Raya.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng Boedyo Dharmawan melalui surat nomor 500.10.5.3/791 yang dikirimkan kepada bupati/wali kota tertanggal 3 Februari 2025 perihal antisipasi tanah longsor menyampaikan bahwa prakiraan curah hujan wilayah Jateng di bulan Februari 2025 berada di kategori tinggi-sangat tinggi, dengan curah hujan lebih dari 300 mm. Kecuali sebagian wilayah Kabupaten Pati, Grobogan, Kota Salatiga bagian utara. Lalu, sebagian kecil wilayah Kabupaten Temanggung, Magelang dan Semarang dalam kategori menengah dengan curah hujan 201-300.
“Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan kewaspadaan dalam kesiapsiagaan terjadinya bencana gerakan tanah atau tanah longsor. Terutama pada lokasi yang mempunyai karakteristik kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi,” paparnya.
Wilayah Banyumas Raya meliputi Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara memiliki kriteria curah hujan menengah tinggi. Curah hujan di sebagian besar Kabupaten Cilacap dan bagian Selatan Kabupaten Banyumas mencapai 301-400 mm. Kondisi itu menyebabkan potensi gerakan tanah masuk kategori menengah-tinggi.
“Sebagian kecil Kabupaten Cilacap, bagian tengah dan barat Kabupaten Banyumas, sebagian Kabupaten Banjarnegara dan bagian Selatan Kabupaten Purbalingga curah hujan mencapai 401-50 mm. Kondisi ini juga masuk potensi gerakan tanah menengah-tinggi,” ujarnya.
Oleh karena itu menurutnya perlu ada langkah antisipasi. Di antaranya meningkatkan penyuluhan kewaspadaan kepada masyarakat di daerah yang mempunyai tingkat kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi dan curah hujan diatas 300 mm. Selanjutnya menyiapkan infrastruktur dan sarana prasarana untuk antisipasi bila terjadi bencana.
“Meningkatkan kewaspadaan dengan memasang Early Warning System dan ronda masyarakat saat terjadi hujan datang dua jam berturut-turut. Selanjutnya juga selalu berkoordinasi dengan stakeholder terkait dalam penanganan darurat,” imbuhnya.