
SERAYUNEWS – Siapa sangka, sebuah desa tanpa panorama alam justru mampu naik kelas menjadi salah satu destinasi wisata edukasi terbaik di Indonesia? Itulah yang kini terjadi di Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.
Dipelopori oleh Pokdarwis Wisanggeni, desa ini menjelma menjadi pusat wisata kreatif yang memadukan budaya, kerajinan, hingga kuliner khas Banyumasan.
Namun, di balik perkembangan pesat itu, ada satu faktor yang ikut memperkuat langkah mereka: kolaborasi strategis dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto.
Wakil Ketua Pokdarwis Wisanggeni menuturkan, Desa Pekunden sejak awal tidak mengandalkan pesona alam. Mereka justru mengusung konsep Desa Wisata Kreatif dan Edukasi.
“Ada lima daya tarik di awal, seperti Kampung Nopia Mino, Oemah Gamelan, Oemah Batik, Oemah Manggleng, dan Kebun Buah Naga. Semua edukatif,” ujarnya.
Konsep wisata edukasi itu tidak lahir dari rapat besar, melainkan ide sederhana saat nongkrong bersama warga. Awalnya pun beberapa diantaranya tanpa penghasilan. Tapi ketika pengunjung mulai berdatangan, manfaatnya langsung terasa untuk masyarakat.
Pandemi sempat menghambat rencana pembentukan Desa Wisata. Namun pada 2020, desa kembali tancap gas. Pelatihan SDM, studi banding, dan penilaian dilakukan hingga akhirnya diluncurkan resmi pada Desember 2021.
Perjalanan itu berbuah manis, Juara 1 Gelar Desa Wisata Jawa Tengah 2022, disusul Juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 kategori desa rintisan.
“Tapi tujuan kami bukan prestasi. Yang penting pengunjung ramai dan masyarakat merasakan manfaat,” katanya.
Di tengah perkembangan itu, Pokdarwis Wisanggeni mendapatkan dukungan nyata dari Bank Indonesia Purwokerto.
Bagi sebuah desa wisata, bantuan ini bukan sekadar perlengkapan, melainkan faktor penting yang membuat kegiatan mereka berjalan lebih profesional.
“Kita kolaborasi dengan Bank Indonesia beberapa kali. Bantuan dari BI ini sangat membantu bagi kami,” katanya.
Dukungan dari BI meliputi:
Soundsystem menjadi penyelamat bagi kegiatan outdoor yang hampir selalu digelar setiap pekan. Sementara printer membantu Pokdarwis mencetak kebutuhan administrasi tanpa harus ke percetakan.
“Kalau kegiatan luar, kami sering pakai soundsystem itu. Printer besar juga membantu sekali,” ujar dia.
Ke depan, Pokdarwis berharap BI kembali hadir mendampingi rencana besar mereka pembentukan Pasar Wisata Desa. “Kami butuh pendampingan konsep. Harapannya pasar wisata ini bisa menarik anak muda juga,” kata dia.
Selain itu, kebutuhan mendesak lainnya adalah pembangunan MCK di kawasan petani, karena fasilitas yang ada masih sangat terbatas.
Kini Desa Wisata Pekunden memiliki 11 daya tarik wisata, dan tengah memperkuat paket life in bagi sekolah maupun komunitas. Lebih dari 100 rumah penduduk telah siap menjadi homestay.
Salah satu magnet utama tetap Kampung Nopia Mino. Pengunjung tak hanya bisa melihat proses pembuatan camilan ikonik Banyumas ini, tetapi juga ikut membuatnya dengan alat-alat tradisional.
Kebun Buah Naga pun kini hidup kembali. Dulu petani kesulitan menjual hasil panen, kini justru kebanjiran pesanan. Pengunjung memetik sendiri, membayar, langsung makan.
Mayoritas tamu memang masih dari lokal Banyumas, tapi manfaat ekonominya sudah sangat terasa.
Meski sudah sukses, bukan berarti perjalanan tanpa hambatan. “Mengubah mindset masyarakat itu sulit. Mereka sudah nyaman dengan kehidupan lama,” katanya.
Kesibukan masing-masing anggota Pokdarwis juga menjadi tantangan, mengingat mereka datang dari latar belakang profesi yang berbeda.
Dinamika kurikulum sekolah turut mempengaruhi jumlah pengunjung. Jika 2023 mencatat 8.000 pengunjung, 2024 naik menjadi 11.000, namun 2025 menurun karena pola kunjungan sekolah berubah.
Meski kunjungan menurun, semangat Pokdarwis Wisanggeni tidak ikut surut. Mereka terus berbenah agar Desa Pekunden tetap menjadi rujukan wisata edukasi di Banyumas.
“Yang penting desa kami tetap bermanfaat. Kami yakin bisa bangkit dengan dukungan masyarakat dan mitra seperti Bank Indonesia,” ujarnya.