SERAYUNEWS– Seniman senior Butet Kartaredjasa memaparkan sebuah tarian untuk mengakomodasi keberagaman budaya yang ada di Ibu Kota Nusantara (IKN). Tarian itu berjudul Nusantara Etam. Nusantara Etam artinya nusantara kita, hasil karya Padepokan Seni Bagong Kusudiardjo Yogyakarta.
Aktor bernama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa itu menyampaikan paparan di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Turut mendampingi Presiden Jokowi saat menerima seniman Butet Kartaredjasa, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno di Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam keterangannya, Butet Kartaredjasa menilai bahwa masyarakat yang berada di IKN, berasal dari beragam suku bangsa mulai dari Dayak, Kutai, Jawa, Melayu, Bugis, dan lainnya. Dia menyebut tarian ciptaan oleh pihaknya dapat mencangkup kebudayaan lintas etnik dari berbagai suku bangsa tersebut.
“Tarian ini menggunakan motif-motif koreografi dan instrumen-instrumen musik yang mencangkup lintas etnik ini. Lintas etnik yang bukan disusun sebagai kolase tapi kita leburkan menjadi satu, menjadi nusantara,” ungkapnya dalam keterangan di laman Setkab RI, dikutip serayunews.com, Minggu (6/8/2023).
Menurut putra dari koreografer dan pelukis Indonesia, Bagong Kussudiardjo itu, tarian ‘Nusantara Etam-Nusantara Etam’ ini bakal menjadi semangat. Ini untuk membuktikan betapa kemajemukan dan keberagaman Indonesia itu kalau tersusun dengan baik itu menjadi sesuatu yang keren.
Pria kelahiran 21 November 1961 itu menyebut, tarian ‘Nusantara Etam-Nusantara Etam’ berdurasi selama enam menit. Tarian tersebut mendapatkan respons yang baik dari Presiden Jokowi. Rencananya tarian itu bakal ditampilkan kepada masyarakat. Namun, untuk waktunya masih rahasia.
“Kita tunggu saja nanti kita saksikan Tari Nusantara Etam dalam semangat kemajemukan untuk nusantara raya,” tutur pria yang pernah bergabung di Teater Kita-Kita tahun 1977 itu. Butet Kartaredjasa menuturkan tujuan penyusunan konsep tarian tersebut adalah untuk membangun akar budaya di IKN.
Karena, dia menilai akan menjadi tempat tinggal masyarakat dengan interaksi di dalamnya. “Tujuannya untuk membangun akar budaya, karena hari ini IKN itu awalnya adalah hutan, kosong hanya pepohonan dan yang sedang berjalan adalah membangun infrastruktur bangunan-bangunan fisik,” jelasnya.
Padahal, kata dia, nantinya ibu kota negara itu akan ada banyak masyarakat dari semua penjuru Tanah Air Indonesia. “Manusia di ibu kota yang bisa berinteraksi dengan baik itu punya akar kebudayaan, punya daya rekat yang berbasis budaya,” tandas Ketua Yayasan Bagong Kusudiardja itu.