SERAYUNEWS— Selain terdapat cagar Budaya Lingga Yoni dan wisata susur sungai Klawing, desa Kedungbenda, Kemangkon Kabupaten Purbalingga juga terkenal dengan produksi ketupat (kupat) landan.
Jika biasanya ketupat berwarna putih, kupat landan memiliki warna coklat kemerahan baik pada selongsong kupat (anyaman janur) maupun kupatnya sendiri. Ketupat ini memiliki rasa yang unik, tekstur yang lembut dan empuk.
Bahan dan cara memasak ketupat landan ini sama dengan ketupat pada umumnya. Namun, yang membedakan adalah air untuk merebus, yaitu berupa air endapan abu dari pohon kelapa.
Abu tersebut berasal dari sabut buah kelapa yang sudah dibersihkan, lalu dibakar. Setelah menjadi abu, campurkan ke air hingga rata lalu endapkan.
Setelah semua abu mengendap, ambil air dari endapan abu sabut kelapa dan pisahkan ke wadah lain. Kemudian setelah terkumpul, gunakan air endapan abu dari sabut kelapa tersebut untuk merebus ketupat.
Hasilnya, ketupat yang direbus dengan air abu sabut kelapa tersebut berwarna merah dan ketika dibelah, warna coklat kemerahan ini terlihat pada bagian ketupat yang menempel di pembungkusnya.
Jadi, warna merah itu bukan karena penggunaan pewarna, tapi proses yang alami, dari penyulingan air abu pelepah daun kelapa dan perebusan selama semalam.
Ketupat ini selain orang nikmati bersama dengan hidangan khas Lebaran, juga sangat nikmat berpadu dengan sayur lodeh jantung dan ikan senggaring khas kali Klawing. Bahkan, ketupat ini bisa menjadi makanan ringan, hanya dengan tahu atau gorengan lain saja sudah nikmat.
Ketupat landan juga banyak kita temui di Kabupaten Banjarnegara bagian barat tepatnya di Kecamatan Purwareja Klampok dan Susukan. Kita akan menemui banyak warung tahu kupat landan.
Mereka akan mengkombinasikan kupat landan dengan kubis dan tahu, kemudian siram dengan saus kacang dan hidangkan dengan kerupuk.*** (O Gozali)