SERAYUNEWS—- Sebuah novel berjudul “Metamorfosis” karya Franz Kafka, penulis kelahiran Praha, sampai saat ini masih terus menajdi perbincangan sejak terbit pertama kali pada 1915.
Karya asli berbahasa Jerman, “Die Verwandlung” ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan sekurang-kurangnya dua terjemahan berbeda, serta terus dicetak berkali-kali.
Gregor Samsa, pemuda penjual kain keliling yang menanggung nafkah bagi keluarganya, bertanggungjawab, dan barangkali adalah sosok semacam workaholic.
Lalu, tanpa ada tanda apapun ia terbangun pagi-pagi dan mendapati dirinya sudah berubah menjadi seekor kecoa raksasa yang menjijikkan di ranjangnya..
Peristiwa tak ini lantas mengalirkan penderitaan demi penderitaan, kesepian demi kesepian, serta refleksi demi refleksi akan kehidupannya yang begitu sulit dan menyedihkan.
Gregor, setelah menjadi kecoa raksasa, jelas panik dan berupaya beradaptasi dengan perubahan mendadaknya tersebut. Ia berusaha keras kembali kepada keadaan normal, tapi justru berakibat rasa sakit pada tubuhnya sendiri.
Gregor menunjukkan perasaan kepada keluarga atau orang-orang sekelilingnya. Namun, tak satu pun yang mau mendengarkannya.
Kafka ini menonjolkan ketertekanannya, bagaimana orang-orang marjinal itu tertekan dengan persoalan ekonomi, tetapi mereka bisa bertahan hidup.
Perubahan Gregor menjadi kecoa raksasa dan lantas orang sisihkan serta perlakukan dengan jijik menjadi simbol bahwa masyarakat modern tidak pernah peduli pada nasib seseorang kecuali orang tersebut bisa memberikan keuntungan.
Gregor memang terkenal sebagai pekerja keras dan tampak workaholic, ia mendpat pujian atas pekerjaannya.
Namun, orang lantas menganggap tidak berguna sama sekali ketika nasib nahas, menjadi kecoa raksasa menimpanya. Ia pun mati putus asa tanpa usaha dikenang keluarga dan lingkungannya.
Keterasingan memang kerap datang di tengah hiruk pikuk kehidupan saat ini. Tak hanya Gregor, mungkin masih banyak di antara kita yang saat ini sudah menjadi kecoa.
Atau, kita semua sedang menjadi Gregor Samsa yang (syukurlah) masih dalam wujud manusia?***(O Gozali)