Di masa penjajahan Belanda, salah satu rumah sakit yang mula dibangun di Banyumas adalah Rumah Sakit Purwokerto. Namun, rumah sakit tersebut mengalami kolaps di masa krisis dunia pada tahun 1933.
Mulanya Rumah Sakit Purwokerto ini hanya sebuah klinik yang didirikan para pengusaha pabrik gula di Banyumas. Nama klinik tersebut adalah Veereniging Kliniek Poerwokerto atau Perkumpulan Klinik Purwokerto.
Hanya saja klinik ini tidak untuk pribumi. Klinik ini diperuntukkan bagi para pembesar di pabrik gula. Kemudian, setelah perusahaan kereta api SDS beroperasi, klinik tersebut mendapatkan bantuan. SDS mengucurkan dananya untuk Perkumpulan Klinik Purwokerto.
Karena memiliki sumber dana melimpah, maka pada tahun 1914 Perkumpulan Klinik Purwokerto membangun Rumah Sakit Purwokerto. Rumah Sakit Purwokerto ini memiliki 90 tempat tidur dan melayani warga pribumi.
Di masa itu, yang berobat ke Rumah Sakit Purwokerto bukan hanya orang Banyumas. Mereka yang berasal dari Kedu Barat dan Pekalongan juga berobat ke Rumah Sakit Purwokerto. Diketahui, daerah Kedu Barat misalnya adalah Wonosobo dan Kebumen.
Namun, petaka terjadi pada tahun 1929 sampai 1933. Di masa itu krisis dunia terjadi atau dikenal dengan zaman malaisse. Dampaknya, ekspor impor macet. Komoditas ekspor Jawa tertumpuk di pelabuhan, termasuk gula.
Pabrik gula pun merugi. Pabrik gula merugi, perusahaan kereta yang menopang distribusi gula juga kena imbasnya. Pabrik gula tutup, perusahaan kereta terkena efeknya. Karena krisis itulah, aliran dana dari pabrik gula dan perusahaan kereta ke Rumah Sakit Purwokerto berkurang.
Rumah Sakit Purwokerto pun kolaps. Pada akhirnya, Rumah Sakit Purwokerto diserahkan pada misi penyebaran agama Kristen yakni misi Zending. Zending ini sebelumnya sudah memiliki rumah sakit di Purbalingga, yakni di daerah Trenggiling.
Ketika Rumah Sakit Purwokerto diambil alih Zending, berubahlah nama menjadi Rumah Sakit Zending Purwokerto. Ketika diambil alih Zending, rumah sakit tersebut malah mengalami kemajuan pesat. Kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 375 tempat tidur pada tahun 1941. Bahkan, Rumah Sakit Zending Purwokerto membuka cabang berupa klinik di Sidareja.
Setelah Indonesia merdeka, Rumah Sakit Zending Purwokerto itu dikelola pemerintah Indonesia. Kini Rumah Sakit Zending Purwokerto menjadi Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.
Referensi:
P Basundoro: Sisi Terang Kolonialisme Belanda di Banyumas