SERAYUNEWS – Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, lantaran menjadi salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw.
Kejadian ini tidak hanya menjadi bukti keimanan umat Islam tetapi juga menjadi momen di mana Allah Swt. memberikan perintah salat lima secara langsung
Sebagai informasi, Isra Miraj terdiri dari dua fase perjalanan, yaitu Isra dan Miraj, yang terjadi pada malam hari dengan Nabi Muhammad saw. sebagai pelaku utama.
Oleh karena itu, redaksi akan menyajikan sejarah singkat Isra Miraj yang bisa menjadi bahan untuk membuat teks pidato dan ceramah 27 Januari 2025 mendatang.
Isra Miraj memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Islam. Peristiwa ini mengajarkan tentang kekuasaan Allah Swt. yang tidak terbatas, keutamaan Nabi Muhammad SAW, dan pentingnya salat sebagai tiang agama.
Salat menjadi wujud hubungan langsung antara hamba dan Penciptanya, serta sebagai bentuk penghambaan dan rasa syukur kepada Allah Swt.
Selain itu, perjalanan Isra Miraj juga menjadi pengingat bagi umat Islam untuk tetap teguh dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup.
Nabi Muhammad saw. mengalami peristiwa ini pada tahun kesedihan (amul huzn), ketika beliau kehilangan dua orang yang sangat dicintainya, yaitu istrinya Khadijah RA dan pamannya Abu Thalib.
Isra Miraj menjadi hiburan sekaligus penguatan bagi beliau untuk terus berdakwah menyebarkan ajaran Islam.
Isra adalah bagian pertama dari perjalanan Nabi Muhammad saw. Pada malam yang penuh keberkahan, Malaikat Jibril datang menjemput Nabi di Masjidil Haram, Makkah.
Dengan menaiki Buraq, seekor makhluk luar biasa yang mampu melintasi jarak dengan sangat cepat, Nabi Muhammad saw. melakukan perjalanan menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Sesampainya di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad saw. melaksanakan salat dua rakaat dan bertemu dengan para nabi terdahulu.
Tempat ini menjadi saksi penting pertemuan spiritual yang meneguhkan posisi Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para nabi (imam al-anbiya).
Perjalanan Isra ini menandakan hubungan yang erat antara umat Islam dengan Yerusalem, sebuah kota suci yang juga dihormati oleh agama-agama samawi lain.
Setelah perjalanan Isra, Nabi Muhammad saw. melanjutkan perjalanan ke langit, yang kita kenal sebagai Miraj. Bersama Malaikat Jibril, Nabi Muhammad saw. naik melewati tujuh lapis langit.
Di setiap lapisan langit, beliau bertemu dengan para nabi, seperti Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Ibrahim, dan lainnya.
Puncak dari perjalanan ini adalah saat Nabi Muhammad saw. mencapai Sidratul Muntaha, tempat yang sangat dekat dengan Arsy Allah.
Di sinilah Nabi menerima perintah langsung dari Allah Swt. untuk melaksanakan salat lima waktu.
Awalnya, jumlah salat wajib adalah lima puluh kali sehari, tetapi atas saran Nabi Musa dan kasih sayang Allah Swt., jumlahnya berkurang menjadi lima waktu sehari semalam.
Isra Miraj tidak hanya menjadi peristiwa sejarah tetapi juga menjadi inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap tahun, umat Islam di berbagai belahan dunia memperingati Isra Miraj sebagai momen refleksi untuk meningkatkan kualitas ibadah, khususnya salat.
Selain itu, peristiwa ini juga mengingatkan pentingnya menjaga persatuan umat dan menghormati tempat-tempat suci, seperti Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa.
Bagi umat Islam, Isra Miraj mengandung pesan bahwa dengan keimanan kuat dan ibadah khusyuk, mereka dapat meraih kedekatan dengan Allah Swt.
Perjalanan Nabi Muhammad saw. ini menjadi simbol perjuangan spiritual yang harus setiap Muslim ikuti untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesimpulan
Isra Miraj adalah salah satu peristiwa paling agung dalam sejarah Islam yang mengandung banyak pelajaran dan hikmah.
Perjalanan ini tidak hanya menunjukkan kebesaran Allah Swt. tetapi juga menegaskan pentingnya salat dalam kehidupan umat Islam.
Dengan memperingati Isra Miraj, umat Islam diingatkan untuk terus meningkatkan kualitas iman, ibadah, dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa setiap muslim memiliki peluang untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui ibadah dan pengabdian yang tulus.***(Umi Uswatun Hasanah)