
SERAYUNEWS-Sampah selalu jadi masalah, tak hanya bagi lingkungan, sampah juga dapat menimbulkan bencana. Namun di tangan ibu-ibu PKK di Desa Karangsalam, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, ini berhasil mengubah sampah jadi rupiah.
Sekretaris PKK Desa Karangsalam Elina mengatakan, ide ini mulai berjalan sejak 8 tahun lalu, di mana PKK Desa Karangsalam mulai berupaya membangkitkan kesadaran warga untuk peduli terhadap lingkungan. Mengingat saat itu, banyak sampah berserakan di lingkungannya.
“Mulainya tahun 2017 lalu dengan adanya begitu banyaknya sampah di desa kami yang berserakan. Sejak saat itu, mulai muncul ide untuk mengolah sampah-sampah di desa kami,” ujarnya, Rabu (12/11/2025).
Pengolahan sampah ini dimulai dari memilah sampah rumah tangga menjadi dua jenis, yakni sampah organik dan non-organik. Melalui PKK, ibu-ibu Desa Karangsalam ini terus diajak untuk mulai memilah sampah dari dapur.
“Kami dari tim penggerak PKK mempunyai kesadaran untuk membangkitkan masyarakat untuk memilah sampah dari dapur rumah tangga. Jadi nanti ada sampah organik dan ada sampah non-organik,” katanya.
Elina menjelaskan, untuk sampah organik dimanfaatkan untuk membuat kompos. Pembuatan kompos ini dilakukan di kebun atau pekarangan warga. Sedangkan sampah non-organik disetorkan ke bank sampah.
“Kalau yang organik ini dijadikan kompos. Jadi bisa untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan yang non-organik ini disetorkan ke bank sampah. Karena yang non-organik ini masih ada nilai jualnya,” kata dia.
Untuk memudahkan warga, bank sampah ini dibagi di beberapa titik. Saat ini di Desa Karangsalam terdapat 4 bank sampah. Yakni di RW 1, RW 2, RW 3, dan RW 4. Sehingga saat warga menyetor sampah non-organik tidak terlalu jauh.
“Tentunya dari sampah non-organik itu menghasilkan rupiah. Maka dari itu ibu-ibu rajin menyetorkan sampah non-organik ke bank sampah. Di Karangsalam sudah ada 4 bank sampah, itu di setiap RW di sini,” katanya.
Ia menambahkan, uang hasil dari sampah non-organik ini biasanya tidak langsung diambil oleh warga. Biasanya uang tersebut baru dibagi saat mendekati hari raya Idulfitri. Sehingga membantu untuk membeli sembako atau keperluan lain.
“Uangnya tidak langsung diambil. Jadi ditabung dulu, dari pengurus ada yang mencatat. Nah nanti biasanya pas mau lebaran baru diambil untuk keperluan, kaya sembako, roti-roti dan lainnya. jumlahnya beragam, ada yang Rp250 ribu ada juga yang Rp500 ribu,” ujarnya.