Fenomena La Nina yang terjadi di akhir tahun ini, tidak hanya memberi dampak pada bencana hidrometeorologi. Cuaca ekstrem yang di terjadi juga mengancam sektor pertanian. Meminimalisir dampak yang disebabkan, Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga telah melakukan sejumlah antisipasi.
Purbalingga, serayunews.com
Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Purbalingga, Mukodam menyampaikan, dampak dari La Nina memang bisa mengancam sektor pertanian. Oleh karena itu, pihaknya telah melakukan sederet langkah antisipasi. Di antaranya adalah melakukan membersihkan seluruh aliran air tersier.
“Membersihkan semua saluran air. Agar ketika air berlebih bisa segera teratasi keluar dari lahan pertanian ke sungai buangan,” kata Mukodam.
Selain itu, jauh-jauh hari ketika mendapatkan laporan prediksi adanya La Nina ini, pihaknya langsung menyosialisasikan kepada para petani. Melalui pada BPP dan PPL, kepada para kelompok tani di wilayah binaannya.
“Setidaknya ketika petani mengetahui, maka diharapkan bisa sigap dan bersiap, ketika ada kemungkinan-kemungkinan. Mungkin memperbaiki saluran irigasinya, atau mempersiapkan perawatan insentif. Langkah kita mensosialisasikan
BPP dan PPL di bawah wilayah binaan,” ujarnya.
Mukodam menambahkan, Dinpertan pada awal tahun 2021 ini, telah memulai realisasi progam perbaikan saluran irigasi. Tidak kurang dari 75 aliran yang menjadi kewenangan Dinpertan, semua dicek dan perbaiki ketika ada kerusakan.
“Sekitar 75 saluran air tersier yang menjadi kewenangan Dinpertan Kita perbaiki semua. Itu sudah dilakukan sejak awal tahun,” kata Mukodam.
Dampak La Nina ini ternyata tidak hanya bencana hidrometeorologi saja, seperti banjir, longsor, angin kencang. Tapi pada sektor pertanian, biasanya menjadikan munculnya organisme pengganggu tanaman (OPT) meningkat. Petani juga diminta untuk lebih cermat. Ketika muncul gejala semacam itu segera lapor ke PPL atau POPT yang mengampu wilayahnya.
“Ketika ada tanda-tanda akan terjadi serangan wereng, jamur, dsb. Segera laporkan ke PPL wilayah di POPT agar direkomendasikan langkah terapi dan tindakannya apa. Karena perlu treatment berbeda, termasuk penggunaan obat, kan dosisnya berbeda beda,” kata dia.
Intensitas hujan di Kabupaten Purbalingga tergolong tinggi, sejak beberapa pekan lalu. Bencana longsor dan angin kencang, juga beberapa kali terjadi. Tingginya curah hujan juga menjadikan meningkatnya debit sungai-sungai. Namun demikian, sampai saat ini belum sampai memberikan dampak kepada lahan pertanian.
“Kita berharap kalau pun terjadi (La Nina, red) tapi tidak berdampak secara signifikan. Positifnya, ketersediaan air menjadi cukup. Tapi kalau terus menerus dengan intensitas tinggi, maka dampaknya juga kurang baik. Sampai saat ini di Purbalingga belum,” kata dia.