
Genghis Khan adalah jendral cerdas yang paham betul bagaimana menggunakan pengaruhnya untuk memperbaiki admistrasi negara. Dia mungkin saja sadar mata uang emas dan perak sulit dimobilisasi. Tapi yang lebih penting lagi dia sadar, bahwa mata uang Emas dan Perak sulit dimonopoli untuk mengorganisir kekuatan kekuasannya yang membentang dari baghdad hingga mongol. Orang sekarang akan berucap “membawa emas… ahh itu kurang praktis”
Dengan ketajaman pedangnya yang telah mengakibatkan ratusan ribu kepala lepas dari badannya itulah dia meneggakan mata uang. Genghis khan menerbitkan uang pertama yang berupa surat bercap kerajaan. Setiap surat memberikan berapa nilai gantang padi/gandum pada setiap lembarnya. Jendral-jendral akan membawa surat itu ke benteng propinsi mereka masing-masing, untuk kemudian ditukarkan kepada kaum pedagang. Siapa saja kaum pedagang yang tidak mau melakukan tukar menukar dengan cara itu, maka tajam mata pedang yang akan menyelesaikannya hingga tuntas. Tentu saja kaum pedagang berakal sehat, meski jenis mata uang baru itu tidak memiliki nilai intrinsik, tapi lebih baik mereka menerimanya dari pada kehilangan harta sekaligus kepalanya. Begitulah uang pertama ditegakkan dengan mata pedang.
Tidak banyak berbeda dari masa perang tradisional, sesungguhnya kekuatan mata uang memiliki hubungan erat dengan kekuatan militar. Tidak mengherankan beberapa ahli fikir ekonomi mengemukanakan bahwa aksi invansi militer Amerika terhadap negara-negar lain yang sesunggguh “bukan urusannya”adalah cara AS menegakkan supremasi mata uang dollar. Dan Amerika tau soal uang adalah soal kepercayaan yang bisa dipaksakan , 1971 Dia melepaskan dari kesepakatan terkait uang negara yag berpatokan pada emas menganulir perjanjian Bretton wood yang dia inisiasi sendiri.
Menjadi menarik dan perlu direnungkan sesungguhnya mata uang adalah kebutuhan supremasi kekuasaan ataukah kebutuhan administrasi negara ? tidak ada jawaban tuntas. Karena uang sendiri adalah fenomena besar yang entah bagaimana semua orang menyepakatinya. Dia , uang mampu mendorong manusia bahkan diluar batas-batas kemanusiaanya. Uang yang menciptakan peradaban, sekaligus juga menyembunyikan kebinatangan manusia dengan cara yang “beradab”.
Sebentar lagi 2020, manusia kiyan maju, pemahaman-pemahaman kolektif manusia tentang suku, bangsa, ras, geografi semakin sumir diterjang gelombang revolusi informasi. Kesepakatan-kesepakatan menjadi lebih bias, lebih cair dan lebih dinamis. Warga negara kini kalah telak bila dibandingkan dengan warga media social. Sebut saja Indonesia dengan 230 juta penduduk kalah jauh dengan warga ciptaan Mark Zuckerberg. Melalui facebook, Whatsapp dan IG, Zuckerberg membuat satu kesatuan warga dunia yang berjumlah hampir 2.5 Milliar manusia. Sebuah jumlah yang tidak bisa ditandingi oleh negara manapun.
Lalu akal cerdas melahirkan cara cerdas, begitulah Si bijaksana “sapiens”memahami eksistensinya dan memahami cara-cara bagaimanan menjadi yang paling puncak dalam rantai makanan. Dialah Zuckerberg sapiens cerdas itu, yang satu decade lalu menggeparkan dunia menjadi salah satu anak muda paling berpengaruh dan kaya raya didunia. Kini mencoba keburuntungannya lagi dengan membangun satu mata uang bersama yang bernama Libra.
Secara nonteknis Libra cukup berbeda dari pendahulunya yaitu Bitcoin. Keduanya menggunakan system block chain satu metode persandian Cryptocurrency yang relevan sebagai alat tukar. Namun Libra maju lebih dalam, dia tidak hanya mengandalakan satu teknis penyandian Cryptocurrency. Libra melangkah lebih jauh dengan menggandeng perusahaan perusahaan besar lain yang focus dalam bidang alat tukar. Sebut saja Visa, Masrtercard, Paypal, ebay dan 15 perusahaan lain ada dibalik Libra. Hal pamungkas lain yang dibawa Libra adalah ekosistem. Libra yang diusung Zuckerberg memiliki ekosistem 2.5Milliar manusia dari berbagai suku bangsa dan dari berbagai belahan dunia.
Kebanyakan mulai familiar dengan transasksi online mulai semakin jarang melakuakn transaksi cash uang kartal. Hingga bahkan membayar kebutuhan Listrik dan PDAM sudah hampir jarang dengan datang keloket dan menyerahkan uang kartal. Transfer adalah budaya transaksi saat ini. Bahkan itu dilakukan ketika kedua pedagang bertatap muka. Mereka enggan bertransaksi secara tunai.
Manusia bisa mulai renungkan sesungguhnya apa yang yang ditransafer melalui mesin-mesin atm atau handphone. Adakah itu uang yang kita kenal selama ini ?. Uang kini berupa angka-angka yang entah tertambat dimana, atau mungkin hanya data-data binary 01001 yang terperangkap dalam ruang server computer bank. Atau jangan jangan kita hanya sedang memindahkan kesepakatan-kesepakatan yang berupa Bahasa decimal?
Pada posisi inilah Libra lahir, mungkin dia lahir terlalu dini. Tapi akal kolektif mengajarkana pada orang bahwa jenis uang digital ini tentu saja lebih menjanjikan dari sisi effiseinsi dan efektivitas di kemudian hari. Bila model transaksi online menjadi arus utama manusia melakukan transaksi.Dan bila dalam tahun-tahun depan kebutuhan transaksi online retail di negara-negara berkembang naik hingga diatas 30% dari GDP. Bisa dibayangkan kekuatan Libra sebagai mata uang yang mudah, handal dan bisa dipercaya atau lebih tepatnya terpaksa percaya, akan semakin dominan.
Tentu saja kelahiran Libra di tentang oleh negara-negara , oleh para politisi dan pasti dewan militer. Kalo nilai uang bisa diciptakan siapa saja atas dasar kesepakatan-kesepakatan kolosal yang cair. Lalu dimana posisi pedang dan senapan untuk mengatur nilai dari itu semua. Dimana posisi negara-bangsa dan dimana mata pedang Genghis Khan yang akan memenggal orang yang tidak tunduk pada kertas-kertasnya.
Libra adalah revolusi zaman yang memberikan pemahaman baru kepada manusia tentang nilai. Ya tentang nilai bukan uang. mungkin saja 25 tahun lagi kata uang tidak lagi menjadi relevan untuk di ucapkan atau paling tidak telah bergeser dari makna harfiahnya. Libra bisa jadi akan digagalkan oleh kekuatan yang mempertahankan tatanan lama. Dan sebagaimana yang sering diperlihatkan sejarah , kehidupan akan menemukan jalannya. Libra-Libra lain akan muncul dengan caranya yang baru. Dan pada suatu hari kita akan dengan tidak risih menerimanya mengisi ruang-ruang Cheap Hand phone kita sebagai alat tukar.
Ditulis oleh:
Bintang selatan