SERAYUNEWS – Arus konveksi adalah pergerakan panas yang terjadi di dalam lapisan mantel bumi. Mantel bumi sendiri merupakan salah satu lapisan penyusun bumi yang ketebalannya bisa mencapai 2.900 km.
Lapisan mantel ini terletak di bawah kerak bumi dan terdiri dari lempeng-lempeng tektonik yang terus bergerak. Arus konveksi di dalam mantel bumi terjadi akibat panas yang berasal dari inti bumi.
Menurut buku Buku Ajar Ilmu Alamiah Dasar karya Khaerus Syahidi dan Indra Himayatul Asri, arus konveksi adalah sebuah teori tentang pembentukan benua yang menyatakan bahwa bongkahan-bongkahan benua bisa bergerak saling bergeser akibat adanya arus konveksi.
Bongkahan-bongkahan ini terhubung dengan punggung-punggung tengah samudra, yang merupakan tempat di mana arus konveksi dari mantel bumi naik dan muncul ke permukaan melalui celah-celah.
Mengacu pada buku SIGAP RPAL: Super Update dan Terbaru Ringkasan Pengetahuan Alam Lengkap karya Eka Purnama M, dkk., teori arus konveksi pertama kali dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess, kemudian dikembangkan oleh Robert Diesz.
Teori ini menjelaskan bahwa panas di dalam bumi menyebabkan terbentuknya arus konveksi yang bergerak menuju permukaan. Ketika arus ini membawa lava ke permukaan bumi, lava tersebut akan membeku dan membentuk lapisan baru dari kerak bumi.
Lapisan baru yang terbentuk ini akan menggantikan lapisan yang lebih tua. Inti bumi yang terus menerus menghasilkan panas menyebabkan arus konveksi tetap terjadi di lapisan mantel.
Arus konveksi yang terus menerus menekan kerak bumi akan membuatnya bengkok dan patah. Patahan pada kerak bumi ini akan mengikuti pergerakan arus konveksi di bawahnya.
Berdasarkan buku Kuark – Sang Penyamar Andal Komik Sanis karya Gelar Soetopo (2012), gerakan konveksi di mantel bumi dipicu oleh beberapa faktor. Berikut adalah beberapa penyebab utama terjadinya arus konveksi:
Perbedaan suhu menjadi penyebab utama terjadinya arus konveksi di dalam mantel bumi. Panas dari inti bumi menyebabkan bagian-bagian mantel ikut panas dan naik menuju permukaan.
Pendinginan yang terjadi di dekat permukaan bumi akan membuat beberapa bagian mantel menjadi dingin dan lebih padat, yang kemudian memicu terbentuknya aliran konveksi akibat perbedaan suhu tersebut.
Peluruhan radioaktif yang terjadi di dasar bumi menghasilkan panas yang dialirkan ke mantel bumi. Di sisi lain, pendinginan di dekat permukaan bumi menciptakan suhu yang lebih rendah.
Siklus panas dan dingin ini mengakibatkan perubahan dalam mantel secara terus-menerus, yang kemudian menjadi pemicu terjadinya gerakan konveksi.
Distribusi panas di dalam mantel bumi juga dipengaruhi oleh bentuk bumi yang tidak seragam di berbagai belahan dunia. Hal ini berlaku pula pada variasi lebar kontinen dan lautan di seluruh dunia.
Daerah yang menjadi titik pertemuan lempeng tektonik, serta tempat di mana panas dan tekanan terakumulasi, cenderung mengalami aktivitas konveksi yang lebih intensif.
Demikian penjelasan tentang arus konveksi yang terjadi di lapisan mantel bumi. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan Anda dalam bidang Geografi.***