Purbalingga, Serayunews.com – Kabupaten Purbalingga menjadi satu diantara wilayah yang mengitari Gunung Slamet. Sisi Utara Purbalingga memiliki topografi perbukitan yang menyimpan kekayaan alam.
Untuk mengungkap potensi yang dimiliki wilayah Purbalingga, Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) akan melakukan ekspedisi. Tujuannya ke depan bisa menjaga dan melestarikannya.
Anggota PPA Gasda, selaku Ketua Ekspedisi Sisik Naga, Gunanto Eko Saputro menyampaikan, PPA Gasda bekerjasama dengan komunitas pecinta alam Purbalingga akan menggelar Ekspedisi Sisik Naga. Ekpedisi tersebut merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan kawasan hutan alam Purbalingga yang masih tersisa.
“Wilayah perbukitan itu jika dilihat melalui google earth tampak seperti sisik-sisik naga. Maka kami namai ekspedisi sisik naga,” katanya, Senin (05/10/2020).
Wilayah perbukitan itu membentang di sejumlah wilayah Purbalingga sisi Utara. Kecamatan Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Karangjambu sampai Karangreja yang berbatasan dengan Banjarnegara, Pekalongan dan Pemalang. Wilayah yang disebut dengan Zona Serayu Utara yang saat ini dibawah pengelolaan Perum Perhutani, KPH Banyumas Timur.
”Kami menyematkan sebagai kawasan ‘Perbukitan Sisik Naga’. Kami akan mendata dan mendokumentasikan kekayaan kawasan hutan alam yang masih dimiliki Purbalingga dari aspek biologi, sosial-ekonomi-budaya dan geologinya,” kata Gunanto.
Sesepuh Pecinta Alam Purbalingga yang juga Tim Ahli Ekspedisi Sisik Naga, Taufik Katamso mengatakan kekanekaragaman hayati di hutan yang ada di kawasan Perbukitan Sisik Naga tersebut masih sangat baik. Hasil kajian Kelompok Biodiversity Banyumas, Javan Gibbon Foundation dan Kelompok Studi Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Atmajaya (2018) menemukan keragaman flora dan fauna yang ada di Siregol, salah satu kawasan yang di Perbukitan Sisik Naga.
“Untuk pelestarian perlu diawali dengan pendataan, sehingga memudahkan dalam pemantauan,” ujarnya.
Taufik menambahkan, beberapa fauna yang ditemukan bahkan ada yang dilindungi, iantaranya adalah, Elang Jawa (Nizaetus Bartelsii), Owa Jawa (Hylobates Moloch), Cekakak Jawa (Halcyon Cyanoventris), Cekakak Sungai (Todirhamphus chloris), Rangkong Julang Emas (Aceros Undulatus), Elang Ular Bido (Spilornis Cheela), bahkan pada 2018 lalu ada perjumpaan dengan Macan Tutul (Panthera Pardus).
“Flora langka, seperti anggrek dan kantong semar juga banyak ditemukan di sana,” ujarnya.
Menurut Taufik yang sudah puluhan tahun berinteraksi dengan masyarakat sekitar hutan, kawasan hutan tersebut terus menerus mendapatkan ancaman dan tekanan terhadap kelestariannya. Misalnya, penebangan liar, alih fungsi menjadi lahan pertanian, perambahan hutan, perburuan satwa liar serta pengembangan wisata masal yang tidak ramah lingkungan.
“Oleh karena itu, diperlukan upaya advokasi dan pelestarian agar kawasan hutan tersebut tetap lestari. Sebagai dasarnya, diperlukan data-data yang komprehensif tentang kawasan hutan tersebut sehingga kami mengadakan ekspedisi ini,” katanya.
Saat ini, Ekpedisi Sisik Naga sudah dimulai dengan pembekalan dan diskusi-diskusi tentang konservasi. Kegiatan utamanya akan dilaksanakan pada 24-28 Oktober 2020.
Panitia membuka sponsorship, donasi dan pembelian merchandise untuk mendukung Ekpedisi Sisik Naga yang bisa didapatkan informasinya di @sisiknaga_official atau contact 0815-4262-1944 (Amin)