Ceritanya begini, Kak Seto adalah sosok yang cukup terkenal di tahun 90-an. Dia adalah sosok yang mengenalkan tokoh Si Komo, sebuah boneka komodo. Dia juga orang yang sering muncul di acara anak-anak di masa lalu.
Maka, mereka yang besar di dekade 90-an, wajarnya kenal dengan Kak Seto. Di tahun 2000-an, Kak Seto sering muncul untuk kasus-kasus anak. Dia sering mengadvokasi kasus anak dengan bendera Komnas Anak. Ingat ya, Komnas Perlindungan Anak atau Komnas PA itu berbeda dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Nah, hari ini Kak Seto yang sudah berusia 69 tahun itu trending di twitter. Tapi, trendingnya Kak Seto karena hal yang remeh temeh. Soal rambut Kak Seto. Jadi, Kak Seto dikenal dengan rambutnya yang rapi dan cenderung tak mudah bergeser. Rambut Kak Seto itu seperti sudah jadi merek dagang puluhan tahun lalu. Saat pertama muncul di 90-an, ya begitulah rambut Kak Seto.
Imbasnya, banyak yang menerka jika rambut Kak Seto adalah rambut palsu. Di sebuah postingan, Kak Seto membuktikan jika rambutnya asli. Dia memamerkan rambutnya saat basah. Hal itu memberi bukti bahwa rambutnya bukan rambut palsu. Nah, hanya soal rambut itu, Kak Seto jadi trending di twitter. Misteri rambut Kak Seto puluhan tahun pun terpecahkan. Tercatat ada 2 ribuan cuitan tentang Kak Seto sampai Rabu (9/12/2020) pukul 15.30 WIB.
Lalu, kenapa orang ikut meramaikan hal sederhana seperti itu? Meramaikan hal yang sepele seperti itu? Sepertinya untuk menjawab secara sahih bisa dilakukan dengan survey. Namun, bisa juga diraba-raba alasan orang meramaikan hal sederhana.
Mungkin banyak dari kita sudah bosan dengan berita atau informasi yang serius. Mungkin sudah lelah dengan informasi tentang kasus-kasus yang terjadi di negeri ini. Kasus korupsi misalnya, yang jadi buah bibir. Bisa jadi karena lelah melihat riuh rendah pemberitaan tentang tewasnya anggota FPI tapi dengan kronologi yang bisa beda versi.
Mungkin karena sudah lelah dengan problem yang membuntuti Covid-19. Mungkin, sekali lagi, hal yang remeh temeh itu menyeruak karena kelelahan pada hal-hal serius yang tak jelas. Tapi, mungkin saja remeh temeh itu muncul karena memang sebagian kita memang suka dengan remeh temeh. Hingga bisa saja meremehkan hal yang serius.
Lalu kemungkinan mana yang mendekati kenyataan? Suka remeh temeh karena lelah dengan keseriusan yang tak jelas atau suka remeh temeh karena memang suka yang remeh temeh? Ah, jawabannya adalah tak perlu dipikirkan lebih dalam karena yang remeh temeh itu cukup dinikmati sambil minum kopi.