BerandaBanjarnegaraMulanya Dengar Curhat dan Tangis Petani, Kini Riza Bikin Singkong Banjarnegara Tembus Pasar Dunia

Mulanya Dengar Curhat dan Tangis Petani, Kini Riza Bikin Singkong Banjarnegara Tembus Pasar Dunia

Riza Azyumarridha saat meraih penghargaan Anugerah Bangga Buatan Indonesia tahun 2020. (dok Riza Rumah Mocaf)

Dalam dunia pertanian Banjarnegara, nama Riza Azyumarridha Azra dahulu mungkin masing asing. Namun saat ini pemuda kelahiran Banjarnegara 24 Maret 1991 ini populer karena sudah malang melintang dalam dunia singkong atau ubi kayu.


Banjarnegara, Serayunews.com

Dengan rumah mocaf Banjarnegara, Riza sukses mengangkat derajat petani singkong yang ada di Banjarnegara. Bahkan saat ini produk olahan singkong ini sudah menembus pasar internaisonal.

Riza yang merupakan aktivis Pemuda Muhammadiyah Banjarnegara ini awalnya tidak pernah terpikir untuk bergelut dalam dunia bisnis pertanian, khususnya singkong. Ide mengolah singkong menjadi mocaf ini bermula saat dirinya aktif dalam sekolah inspirasi pedalaman Banjarnegara. Riza memang aktif dalam urusan sosial sejak masih duduk di bangku SMAN 1 Banjarnegara. Jiwa sosial ini berlanjut hingga dia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Dalam kegatan sosial bersama Sekolah Inspirasi Pedalaman, Riza sering berkunjung ke sejumlah pelosok Banjarnegara untuk memberi inspirasi pada anak-anak yang putus sekolah agar mau melanjutkan sekolahnya. Bahkan, dia juga sempat membuka rumah literasi atua taman baca di rumahnya yang ada di Kompleks Kauman Kutabanjarnegara, Kecamatan Banjarnegara.

Ide dan pemikiran untuk mengolah singkong menjadi tepung mocaf ini bermula saat dia berkunjung dan melakukan kegiatan sosial di desa. Saat itu ada seorang petani singkong yang menangis di hadapannya. Petani tersebut mengadu jika singkong yang dihasilkan para petani pada waktu itu hanya dihargai Rp200 per kilogram. Hal inilah yang membuat singkong-singkong di sana dibiarkan begitu saja di lahan petani.

“Kejadian ini tidak hanya di satu tempat, melainkan banyak daerah di Banjarnegara yang mengalami hal serupa. Padahal Banjarnegara merupakan satu sentra singkong di Jawa Tengah,” katanya.

Produk makanan olahan berbahan dasar mocaf. (dok Riza Rumah Mocaf)
Konsultasi

Melihat kenyataan tersebut, Riza yang merupakan lulusan Teknik Elektro UGM ini tergerak hatinya untuk bisa membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para petani singkong. Dia kemudian bersama dengan para aktivis sosial lainnya mencoba melakukan konsultasi dengan para ahli singkong.

“Hasil konsultasi yang kami lakukan, dari beberapa pakar menyarankan agar singkong dari para petani diolah menjadi Mocaf. Mocaf sendiri merupakan kepanjangan dari Modified Cassava Flour, atau tepung singkong yang termodifikasi. Tepung Mocaf ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan tepung terigu,” katanya.

Mendapat jawaban itu, Riza dan kawan-kawan seakan mendapat pencerahan. Dia kemudian belajar tentang tepung mocaf. Tak cukup sampai di situ, dia juga melakukan sejumlah riset dan menemukan bahwa Indonesia merupakan penghasil singkong terbesar nomor dua di dunia setelah Brazil. Namun di sisi lain, Indonesia juga merupakan pengimpor tepung terigu terbesar di dunia.

“Ini menjadi sangat ironis, negara dengan penghasil singkong terbesar di dunia justru menjadi pegimpor tepung terbesar di dunia. Kami juga melihat di negeri ini sangat banyak petani singkong, namun hidup mereka justru di bawah kesejahteraan normal,” katanya.

Riza juga mengatakan jika tepung terigu menjadi kebutuhan masyarakat semua kalangan, termasuk untuk menjadi bahan olahan makanan tradisional hingga modern. Lebih ironis lagi, bahan tepung tersebut harus impor.

Tekad untuk mengubah nasib para petani singkong ini semakin bulat. Bahkan dia bersama rekan-rekan sejawat terus bangkit dan membuat rumah mocaf. Tak cukup sampai di situ, dia juga masih sering turun ke desa untuk mendampingi para petani singkong dan mengolahnya menjadi tepung mocaf.

Riza bersama istri dan Menteri BUMN Erik Tohir dalam acara Award 2021 Kick Andy Heroes. (Dok Riza Rumah Mocaf)
Kendala

Dalam masa seperti itu, Riza mengakui mengalami banyak kendala, mulai dari proses hingga pemasaran, produk olahan singkong ini sulit diterima pasar lokal saat itu. Apalagi saat itu gerakan mengolah singkong menjadi tepung mocaf murni untuk pemberdayaan masyarakat.

“Dari masalah ini kami belajar. Sehingga akhirnya melangkah dengan membuat rumah besar untuk mengangkat petani singkong bernama Rumah Mocaf Indonesia,” katanya.

Dalam pengelolaanya, Rumah Mocaf ini terbagi menjadi tiga kelompok, yakni petani singkong, ibu-ibu perajin mocaf, dan generasi muda. Pada kelompok pertama, sejumlah petani yang selalu merugi saat panen mulai diberdayakan, mulai dari mengolah lahan, pupuk, agar singkong yang ditanam berkualitas.

Tak cukup sampai di situ, rumah mocaf juga memberdayakan kaum ibu untuk menambah penghasilan dengan bekerja sebagai tenaga lepas mengolah singkong menjadi tepung mocaf. Mulai dari mengupas kulit, melakukan proses fermentasi hingga singkong menjadi tepung mocaf. Sedangkan generasi muda dikaryakan untuk melakukan pengemasan produk secara kreatif serta melakukan kerjasama dengan instansi yang ada dalam pemasaran prdouk mocaf hingga bisa diterima masyarakat luas.

Untuk menentukan harga pokok produksi, Riza mengajak tiga komponen itu duduk bersama, dari itu harga singkong yang sebelumnya hanya Rp200 per kilogram naik menjadi Rp1.500 per kilogram. Cara ini agar semua komponen satu sama lain saling mendukung dan terbuka. Bahkan petani singkong tahu harga produk mocaf yang akan dijual ke pasaran.

“Kami mengistilahkan ini dengan sebutan Demokrasi Ekonomi,” katanya.

Riza Azyumarridha Azra terjun langsung ke lahan pertanian singkong di Banjarnegara. (dok Riza Rumah Mocaf)
Tak Mudah Dipermainkan

Dengan metode ini, maka para petani di daerah tidak lagi mudah dipermainkan oleh para tengkulak nakal, termasuk memberikan ruang pekerjaan dari rumah bagi kaum ibu. Selain itu,  memancing para pemuda untuk tidak ragu dan mau terjung sebagai petani muda yang modern.

“Dengan pengolahan yang baik, hasil pertanian seperti singkong yang bagi kebanyakan orang sebagai makanan orang pinggiran bisa naik kelas dengan nilai jual yang tinggi. Bahkan saat ini tepung mocaf yang diproduksi oleh Rumah Mocaf sudah menembus pasar internasional” ujarnya.

Menurut Riza, saat ini ekspor tepung mocaf yang diproduksi oleh Rumah Mocaf sudah menembus ke beberapa negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Dubai, Oman, Inggris, dan terakhir adalah Turkiye. Riza juga menjelaskan, bahwa pada saat ini permintaan produk tepung singkong sedang meningkat di seluruh dunia.

“Harapan kami untuk ke depannya makin banyak teman-teman yang memproduksi tepung mocaf dan masyarakat juga mengonsumsinya. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan, kami memiliki serapan singkong yang kami dapat dari sekitar Banjarnegara, khususnya di Kecamatan Punggelan. Singkongnya lalu kami olah menjadi tepung mocaf, sehingga singkong ini bisa bernilai jual lebih tinggi,” katanya.

Dia mengatakan, ekspor tepung mocaf sendiri sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2020, dan yang terakhir untuk pengiriman perdana ke Turkiye tahun ini sebanyak 45 ton tepung mocaf.

“Sebelumnya, kami juga ekspor ke Oman sebanyak 20 ton, Turkiye sebanyak 45 ton dengan nilai nominal mencapai Rp2 miliar lebih,” katanya.

Editor :kholil

Terkait