SERAYUNEWS— Eric Arthur Blair atau lebih orang kenal dengan nama pena George Orwell bisa kita bilang sebagai seorang penulis yang visioner. Novelnya yang berjudul 1984, terbit pada 1949, adalah sebuah novel dystopia tentang kondisi dunia di masa depan dengan pemimpin diktator.
Novel klasik ini hadir dengan berani mengangkat isu politik yang barangkali pada saat Orwell menulis ini belum terjadi. Namun, benar-benar terjadi pada kondisi politik dunia saat ini, karena kebenarannya sudah mulai terlihat.
Tokoh utama bernama Winston Smith, seorang pegawai pemerintah yang bekerja di Kementerian Kebenaran. Winston bekerja di bagian berita dan propaganda yang bertugas untuk menanamkan visi dan misi partai pada masyarakat agar mereka menjadi pengikutnya.
Sehari-hari, Winston dan penduduk lainnya wajib menggunakan telescreen, sebuah alat elektronik dua arah yang pemerintah gunakan untuk memonitor gerak-gerik penduduk sekaligus menyebarkan propaganda. Pemerintah Oseania tidak ingin ada seorang pun yang melakukan kejahatan, termasuk memiliki buku harian. Bagi mereka, buku harian adalah bentuk ekspresi pribadi yang ilegal.
Dalam dunia 1984, partai merupakan entitas yang memonopoli kekuasaan dan mengendalikan hampir semua aspek kehidupan manusia. Masyarakat diatur dengan sistem pengawasan total dan pemantauan massal oleh Partai, dengan tokoh pemimpin yang disebut Big Brother. Pemikiran independen dan ekspresi individual dianggap sebagai kejahatan yang bisa mendapat hukuman.
Novel ini merupakan satire tajam yang George Orwell ciptakan, menyajikan gambaran tentang luluhnya kehidupan masyarakat totalitarian masa depan. Di dalamnya, setiap gerak warga ada yang mempelajari, setiap kata terucap ada yang menyadap, dan setiap pemikiran ada yang mengendalikan.
Orwell mungkin tak berniat menulis 1984 sebagai sastra yang bertujuan meramal masa depan. Salah satu pembahasan yang relevan adalah perihal teleskrin dan pengawasan masyarakat sipil.
Hadirnya internet, permasalahan pengawasan menjadi layak karena banyaknya kasus yang muncul. Contohnya, banyak situs daring yang bisa melacak aktivitas penggunanya dan menggunakan informasi tersebut untuk berbagai keperluan seperti melacak preferensi belanja, preferensi hobi, sampai preferensi pacar. Ranah private pun ikut mendapat pengawasan seperti alamat rumah, alamat email, dan lain-lain.
Gagasan pengawasan yang dihadirkan Orwell mempunyai kesamaan dengan internet. Saat ini, internet juga melakukan pengawasan.
Jaringan global di era sekarang membuat kita semua dapat terlihat dan mendapat observasi dari kekuatan yang tak terlihat. Setiap jejak langkah kita di internet dapat dia lihat. Ada dua agen yang menjadi pengawas; kapitalis dan pemerintah.
Kapitalis atau korporasi besar di internet menggunakan situsnya sebagai alat pengawas dan pengeruk data. Tercatat 50% dari situs populer di internet menggunakan cookies untuk mengeruk informasi.
Berbagai situs di internet yang sering kita gunakan seperti Google, Facebook dan Twitter, mengeruk informasi pribadi kita untuk kepentingan mereka. Data pribadi tersebut berguna sebagai informasi untuk mengoptimalkan iklan. Informasi pribadi berguna untuk mencari preferensi pribadi sehingga iklan dapat bekerja dengan tepat sasaran.
Pemerintah juga melakukan oengawasan. Pada 2013 lalu, Edward Snowden mengungkapkan ke beberapa jurnalis tentang aktivitas National Security Agency (NSA). Amerika Serikat yang mengawasi berbagai hal di internet. Pemerintah dengan pengawasan melalui internet dapat menelanjangi warganya dengan mengetahui segala informasi dan aktivitas di internet.
Pemerintah menggunakan informasi dari pengawasan internet untuk kepentingan politiknya. Misalnya, untuk memata-matai pihak terduga bersalah. Informasi itu bisa juga untuk mengawasi gerak-gerik seseorang yang mencurigakan dan membahayakan stabilitas negara. Rakyat tidak ada yang bisa bersembunyi dari pemerintah.
Akhirnya, dunia 1984 Orwell terjadi saat ini. Kita hidup di bawah dua penguasa; kapitalis dan pemerintah. Dengan kenyataan bahwa seluruh tindakan kita di dunia maya tidak lepas dari intaian dua mata itu.*** (O Gozali)