SERAYUNEWS– Wilayah kawasan pelabuhan atau perairan Cilacap Jawa Tengah menjadi saksi bisu. Saat itu, pasukan Jepang membombardir dan menenggelamkan puluhan kapal termasuk kapal perang pada era Perang Dunia kedua. Insiden tersebut terjadi pada tahun 1942 atau sebelum Indonesia merdeka.
Bahkan, keberadaan puing-puing kapal perang pun masih ada sampai saat ini. Faktanya, belum lama ini di perairan Cilacap ada ribuan amunisi aktif. Dugaannya, amunisi itu berasal dari gudang penyimpanan senjata kapal perang yang tenggelam.
Pegiat Sejarah dari Komunitas Tjilatjap History, Riyadh Ginanjar mengatakan, dalam catatan sejarah kegentingan era Perang Dunia kedua, pasukan Jepang membombardir kawasan pelabuhan Cilacap di tahun 1942, untuk menginvasi Hindia Belanda di Indonesia.
“Pelabuhan utara sudah dikuasai oleh Jepang, Jakarta, Surabaya, Semarang sudah dikuasai semua, yang terakhir pintu keluarnya di Cilacap untuk melarikan diri orang-orang Belanda,” ujarnya, Sabtu (5/8/2023).
Pada saat itu, Jepang melancarkan misi serangan udara selama tiga hari dan meluluhlantahkan kawasan pelabuhan Cilacap, hingga bangunan pabrik-pabrik yang ada di sekitar pelabuhan pun ikut porak poranda.
“Pada bulan Maret 1942 adalah yang paling genting, karena panik dibombardir, mereka (Belanda) juga menenggelamkan sendiri kapal perangnya supaya tidak dipakai oleh Jepang,” imbuhnya.
Bak seperti di dalam sebuah kolam, kapal-kapal yang hendak melarikan diri pun tak bisa keluar dari pintu keluar perairan Cilacap. Sebab kapal selam cepat milik Jepang sudah menghadangnya di wilayah Samudera Hindia atau perairan Selatan Cilacap.
“Setelah kemerdekaan, ada lebih 30 kapal tenggelam di perairan Cilacap, jenisnya macam macam ada kapal perang, kapal kargo, kapal tugboat dan kapal yang fungsinya sebagai bengkel,” ujarnya.
Kemudian di era tahun 1950an, setelah Indonesia merdeka, kawasan pelabuhan Cilacap sempat menjadi daya tarik wisata. Di sana warga dapat melihat langsung bangkai-bangkai kapal sisa Perang Dunia kedua tersebut.
“Tahun 1950-an bangkai kapal tenggelam jadi daya tarik wisata, dan banyak warga yang menonton. Dari peta ada kapal tenggelam di sisi utara pabrik semen holcim, kemudian Pantai Teluk Penyu depan Benteng Pendem. Kalau yang di jalur pelayaran sudah dibersihkan, kemungkinan yang masih di pinggiran yang tidak mengganggu alur pelayaran,” ujarnya.