Advertisement
Advertisement
Cilacap, serayunews.com
Militer Belanda, berhasil menduduki kota Cilacap yang mengakibatkan mundurnya pasukan angkatan laut republik Indonesia (ALRI) dari wilayah tersebut. Namun demikian, pasukan ALRI dari Corps Armada II Cilacap tentu tidak menyerah begitu saja. Mereka, justru melakukan gerilya bersama unsur pasukan BN 4 Banteng Loreng.
Di saat gerilya itulah, berbagai pertempuran besar maupun kecil terjadi. Para pasukan ALRI dengan pemimpinnya yakni Kapten Soewadji dan Letnan Basoeki, terus menyerang militer Belanda di berbagai tempat. Seperti pertempuran di Kubangkangkung, Kawunganten, pasukan ALRI berhasil memukul mundur pasukan patroli militer Belanda.
“Karena militer Belanda menguasai Cilacap, akhirnya pasukan ALRI memilih gerilya di hutan-hutan. Namun justru lebih sering bertempur dengan militer Belanda yang patroli, seperti di Kubangkangkung dan Lebeng,” kata sejarawan lokal, Riyad Ginanjar kepada serayunews.com, Jumat (5/8/2022).
Setelah seangkaian peperangan tersebut, pertempuran besar pecah di Karangjengkol, Kesugihan pada 14 Juli 1949. Pasukan ALRI berkekuatan satu kompi yang saat itu sedang beristirahat, pada pagi buta dikejutkan oleh serangan mendadak militer Belanda.
Desingan suara tembakan, lantas menghiasi Karangjengkol di pagi itu. Pasukan ALRI pun langsung mengatur posisi, guna menghalau serangan militer Belanda. Petempuran semakin sengit, setelah pemimpin pasukan yakni Kapten Soewadji tertembak di bagian kepala.
“Pertempuran semakin sengit setelah komandan mereka gugur. Namun pada jam 07.00, sempat mereda. Baku tembak kembali terjadi sekitar pukul 08.00 di Desa Dondong, namun pasukan ALRI terhempit karena peluru mereka habis,” tuturnya.
Bahkan, katanya, dalam pertempuran yang kedua itu, satu regu ALRI habis dihajar militer Belanda. Pertempuran terus terjadi hingga pukul 09.30, setelah itu kedua pihak kembali ke pos masing-masing. Sebanyak 12 orang gugur di pihak ALRI dalam pertempuran itu, serta sekitar 12 sejata milik ALRI jatuh ke tangan musuh.
Setelah pertempuran di Karangjengkol, pasukan ALRI lantas menuju ke daerah selatan Sungai Serayu dan mengadakan operasi di wilayah Maos dan Kuripan. Untuk mengenang peristiwa itu, dibuatlah monumen jangkar ALRI yang sampai saat ini berada di Balai Desa Dondong, Kesugihan, Cilacap.