
SERAYUNEWS – Di tengah ramainya lalu lintas di Desa Cikidang, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Pondok Pesantren Modern Zamzam Integrated Islamic School (ZIIS) sedang melangkah menuju mimpi besarnya, mencetak santri yang tidak hanya kuat secara spiritual dan akademik, tetapi juga mandiri secara ekonomi.
Mimpi itu kini mulai tampak wujudnya lewat kolaborasi strategis dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto sejak 2023.
Pada Jumat (5/12/2025), di Kampus I Ponpes Modern ZIIS, pimpinan Yayasan Putra Bunda Salbiyah, KH. Casiwan Haryo Sasongko, menceritakan perjalanan panjang pesantren hingga lahirnya program-program kemandirian ekonomi.
KH. Casiwan mengaku bahwa sejak awal berdiri, ZIIS ingin mengurangi beban biaya santri melalui unit usaha pesantren yang mampu menopang kebutuhan operasional. Prinsip kemandirian itu sudah tertanam sejak pesantren pertama kali dirintis pada 2021.
“Kami ingin santri tidak terbebani akomodasi. Harus ada sumber dana dari usaha. Kami merintis pelan-pelan, semoga ke depan pendapatan pesantren bisa murni dari usaha sekitar pesantren,” ujarnya.
Dengan latar belakang sebagai pelaku usaha, KH. Casiwan membawa spirit entrepreneurship ke lingkungan pesantren. Baginya, membangun gedung mungkin mudah, tetapi membentuk jiwa wirausaha tidak bisa instan.
“Membuat produk itu gampang. Tapi membangun jiwa wirausaha itu yang tidak mudah—harus ada contoh, motivasi, dan proses panjang,” katanya.
ZIIS kini mengelola sejumlah unit usaha seperti perikanan (mujair, nila, dan bioflok) yang masih dalam pengembangan, kemudian bidang pertanian, serta usaha internal seperti kafe, kantin, dan laundry. Namun langkah besar terjadi saat mereka bersinergi dengan Bank Indonesia Purwokerto pada 2023.
BI memberikan dukungan berupa pembangunan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang kini sudah mengantongi izin operasional dan sertifikasi halal.
“RPH itu sangat berarti bagi kami. Izin sudah lengkap, sekarang kami tinggal belajar lebih dalam soal daging, kemasan, dan produk halal,” ujar dia.
RPH ini bukan hanya fasilitas produksi, tetapi menjadi laboratorium pembelajaran halal untuk santri. Mereka kini bisa belajar proses pemotongan hewan secara profesional dan sesuai syariat.
Dari RPH inilah lahir rencana besar ZIIS berikutnya, produksi bakso khas pesantren.
“Itu bakso impian kami. Tinggal satu langkah lagi,” ujarnya sambil tersenyum.
Meski fasilitas sudah lebih baik berkat dukungan BI, ZIIS masih membutuhkan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
“SDM kami sudah ada, tinggal diberikan pelatihan dan pembimbingan. Kalau ada peralatan tambahan, tentu sangat membantu,” kata KH. Casiwan.
Ia mengapresiasi komunikasi yang intens dengan Bank Indonesia yang selama ini aktif melakukan monitoring, pendampingan izin, dan memastikan RPH dapat berjalan sesuai standar.
Total santri di ZIIS kini mencapai sekitar 950 orang, jenjang SMP dan SMA putra-putri. Mereka mulai diperkenalkan pada dunia usaha secara bertahap.
Beberapa santri sudah pernah terjun langsung ke kandang ayam, kolam ikan, hingga membantu pengelolaan unit usaha. Meskipun baru sebatas teknis, antusiasme mereka tinggi.
“Respon santri luar biasa. Mereka sangat semangat mempelajari kewirausahaan,” kata KH. Casiwan.
Di semester-semester akhir, terutama kelas 11, pihak pesantren berencana memberi kesempatan lebih luas kepada santri untuk praktek langsung dalam unit usaha.
Sebelum berdirinya ZIIS, KH. Casiwan mengelola Pondok Pesantren Zam Zam sejak 2008. Namun pada tahun ke-13, ia merasa perlu membangun pesantren baru yang lebih inklusif bagi semua golongan.
Dari perenungan panjang itu lahirlah ZIIS pada 2021 sebuah pesantren yang memadukan modernitas, kemandirian ekonomi, dan nilai keislaman yang luas.
Melalui kolaborasi dengan Bank Indonesia Purwokerto, KH. Casiwan berharap ZIIS dapat menjadi model pesantren mandiri yang mampu menggerakkan ekonomi lokal.
“BI sangat support. Kami besar harap bisa terus berkolaborasi, terutama dalam pelatihan dan pemberdayaan usaha,” ujarnya.
Di tengah tren kemandirian ekonomi pesantren yang terus digaungkan pemerintah, langkah ZIIS menjadi bukti nyata bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat pemberdayaan ekonomi berbasis nilai, integritas, dan kemandirian.(san)