SERAYUNEWS – Pada era awal 2000-an, nama pegulat Sabu sempat mengguncang layar kaca Indonesia melalui tayangan gulat ekstrem ECW yang ditayangkan di televisi swasta.
Dan bagi para fans gulat pada masa itu, Sabu bukan sekadar pegulat biasa.
Ia merupakan ikon—sosok nekat yang rela mengorbankan tubuhnya demi aksi-aksi berbahaya dan atraktif di atas ring.
Salah satu ciri khasnya yang paling dikenang adalah gaya bertarung yang penuh risiko.
Misalnya, berlari ke arah kursi yang ia pasang sendiri, lalu melompat dan melakukan manuver gulat ekstrem yang membuat penonton melongo.
Bahkan, banyak pertandingan yang melibatkan meja, kawat berduri, dan benda-benda keras lain yang menjadi bagian dari pertarungan brutalnya.
Sayangnya, kabar duka menyelimuti dunia gulat setelah Sabu dikabarkan meninggal dunia pada 11 Mei 2025.
Ia meninggal di usia yang ke-60 tahun.
Wafatnya sang legenda sontak membuat banyak orang kembali mengenang masa kejayaannya, terutama bagi para fans yang tumbuh besar menyaksikan aksinya di ring.
Terry Brunk, yang dikenal luas dengan nama ring Sabu, adalah keponakan dari pegulat legendaris sekaligus anggota WWE Hall of Fame, The Sheik.
Ia memulai kariernya di dunia gulat profesional dengan menonjolkan gaya bertarung hardcore dan ekstrem, menjadikannya sebagai pionir dalam genre ini.
Namanya mulai bersinar di organisasi Extreme Championship Wrestling (ECW).
Ini merupakan tempat di mana ia menciptakan banyak pertandingan ikonik melawan nama-nama besar.
Termasuk, Rob Van Dam, Mick Foley, The Sandman, hingga Tazz, yang dikenal sebagai rival terbesarnya.
Sabu juga sempat bergabung dengan World Wrestling Entertainment (WWE) pada tahun 2006, saat perusahaan tersebut mencoba membangkitkan kembali merek ECW.
Di sana, ia tampil dalam laga-laga besar melawan bintang ternama seperti John Cena dan Rey Mysterio, masing-masing dalam perebutan gelar WWE Championship dan World Heavyweight Championship.
Salah satu pencapaian terbesar dalam kariernya terjadi di WrestleMania 23 yang digelar di Detroit—kampung halamannya.
Dalam ajang tersebut, ia tampil bareng para veteran ECW seperti The Sandman, Tommy Dreamer, dan Rob Van Dam.
Bersama-sama, mereka sukses mengalahkan grup The New Breed di hadapan lebih dari 80.000 penonton.
Setelah meninggalkan WWE pada tahun 2007, Sabu melanjutkan perjalanannya sebagai bintang di berbagai promotor gulat independen.
Selama lebih dari tiga dekade di dunia gulat profesional, Sabu berhasil meraih berbagai gelar juara yang membuktikan pengaruh dan kehebatannya di atas ring. Di antaranya:
Gelar-gelar tersebut tidak hanya menunjukkan prestasinya.
Akan tetapi, juga dedikasi serta keberaniannya dalam menghadapi lawan-lawan tangguh di berbagai promotor.
Di Indonesia, ketenaran Sabu mencuat berkat tayangan ECW yang sempat mengisi slot acara televisi swasta pada awal 2000-an.
Penampilannya yang penuh luka, kostumnya yang nyentrik, dan gaya bertarungnya yang sangat berbeda dari pegulat kebanyakan menjadikannya sosok yang ikonik.
Apalagi, sebelum siaran WWE kena banned TV, kala itu aksi-aksinya yang ekstrem kerap kali ditunggu oleh para penggemar setia gulat.
Tak heran, meskipun kini telah tiada, nama Sabu tetap melekat dalam memori banyak penggemar gulat di Tanah Air.
Sabu telah menutup lembaran hidupnya, namun warisan dan pengaruhnya di dunia gulat profesional akan terus dikenang.
Terutama bagi para fans gulat di Indonesia, sosok Sabu adalah bukti bahwa keberanian dan dedikasi bisa menjadikan seseorang sebagai legenda sejati di hati publik.***