SERAYUNEWS – BMKG Jawa Tengah memprediksi bahwa puncak musim hujan di wilayah tersebut terjadi pada Januari hingga Februari 2025.
Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem selama tiga hari ke depan, termasuk risiko bencana hidrometeorologi.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan informasi ini dalam Press Rilis Informasi Cuaca dan Iklim untuk Antisipasi Bencana Hidrometeorologi, Minggu (26/1/2025).
“Curah hujan di wilayah Jawa Tengah pada Januari 2025 umumnya berada pada kategori tinggi hingga sangat tinggi. Angka curah hujan lebih dari 300 mm per bulan,” ujarnya.
Namun, sebagian wilayah seperti Kabupaten Blora, Rembang, bagian barat Kabupaten Cilacap, serta bagian kecil wilayah timur Kabupaten Pati dan Grobogan. Perkiraan mengalami curah hujan kategori menengah, yakni 201-300 mm per bulan.
BMKG juga memprediksi bahwa pada dasarian III Januari hingga dasarian I Februari 2025, curah hujan menengah hingga tinggi akan melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah. Wilayah Pekalongan dan Batang bagian selatan mengalami curah hujan sangat tinggi.
Selain itu, cuaca ekstrem diprediksi terjadi selama tiga hari ke depan di seluruh wilayah Jawa Tengah.
Kondisi ini mencakup hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, Prayitno, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mempersiapkan langkah antisipasi terhadap fenomena cuaca ekstrem ini.
“Curah hujan di wilayah Kabupaten Purbalingga termasuk tinggi. Kami juga waspada terhadap bencana hidrometeorologi, karena sejumlah wilayah di Purbalingga rawan bencana tersebut,” jelasnya.
Sebelumnya, tanah longsor terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Purbalingga, seperti Karangjambu, Karangreja, dan Bobotsari. Kejadian ini dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang melanda wilayah tersebut.
BMKG dan BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem.
Menghindari daerah rawan bencana, memastikan saluran air tidak tersumbat, dan mengikuti informasi cuaca dari sumber resmi menjadi langkah penting untuk meminimalkan risiko.