SERAYUNEWS- Timothy Ronald, seorang investor muda, edukator finansial, dan konten kreator yang cukup populer di TikTok, baru-baru ini menjadi sorotan setelah mengunggah video berisi kritik terhadap saran yang diberikan oleh seorang financial planner bernama Vanessa.
Dalam video yang viral itu, Timothy menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang menyarankan seseorang dengan penghasilan Rp10 juta per bulan untuk membeli rumah senilai Rp2 miliar.
Timothy menilai saran tersebut sebagai tidak realistis dan bisa menyesatkan banyak orang yang belum memahami manajemen keuangan secara utuh.
“Ada financial planner nyaranin beli rumah Rp2 miliar dengan gaji Rp10 juta. What?! Itu mimpi atau ngelindur?” ucap Timothy dalam potongan video.
Pernyataan tersebut langsung mendapat perhatian publik dan memicu perdebatan luas, baik dari kalangan profesional keuangan maupun masyarakat umum.
Sampai artikel ini diterbitkan, identitas lengkap “Vanessa” yang dimaksud belum terverifikasi secara pasti. Nama tersebut belum dikonfirmasi langsung oleh Timothy atau pihak lain yang terkait.
Namun, sebagian netizen menduga bahwa Vanessa adalah salah satu edukator finansial yang aktif di media sosial dan kerap memberi saran kepada followers-nya tentang perencanaan keuangan, termasuk kepemilikan rumah.
Sayangnya, belum ada klarifikasi atau tanggapan resmi dari Vanessa terkait video viral tersebut. Di tengah ketidakjelasan ini, diskusi mengenai kompetensi dan tanggung jawab seorang perencana keuangan pun kembali mengemuka.
Saran membeli rumah senilai Rp2 miliar dengan gaji Rp10 juta dinilai tidak sejalan dengan prinsip dasar literasi keuangan.
Dalam dunia keuangan, terdapat rumus umum yang menyarankan agar cicilan rumah tidak melebihi 30–35% dari penghasilan bulanan.
Jika seseorang dengan penghasilan Rp10 juta per bulan memaksakan untuk membeli rumah seharga miliaran rupiah, maka secara matematis beban cicilan bisa menggerus seluruh pendapatan, bahkan membuat seseorang terjebak dalam utang berkepanjangan.
Berikut ilustrasi sederhananya:
Dengan angka tersebut, sangat jelas bahwa saran tersebut tidak sejalan dengan logika dan prinsip keuangan sehat.
Setelah video tersebut viral, banyak netizen menyampaikan dukungan kepada Timothy karena dianggap berani menyuarakan realita yang lebih masuk akal.
Mereka mengaku kerap merasa “tertekan” oleh standar hidup yang disampaikan oleh influencer atau perencana keuangan yang terlalu tinggi tanpa mempertimbangkan konteks ekonomi masyarakat secara umum.
Namun di sisi lain, ada juga pihak yang menilai kritik Timothy terlalu keras. Mereka berpendapat bahwa kritik seharusnya disampaikan secara profesional dan disertai ruang diskusi yang membangun.
Fenomena ini memberi pelajaran penting baik bagi penyedia edukasi finansial maupun masyarakat umum:
Bagi para financial planner dan influencer keuangan:
Bagi masyarakat:
Bagi komunitas keuangan:
Perdebatan antara Timothy Ronald dan pernyataan Vanessa memperlihatkan pentingnya literasi keuangan yang sehat, kontekstual, dan bertanggung jawab.
Di era digital seperti sekarang, di mana informasi begitu mudah tersebar, masyarakat harus lebih cermat menyaring konten, terutama yang menyangkut keputusan finansial besar.
Kontroversi ini seharusnya menjadi pemantik diskusi yang konstruktif, bukan sekadar drama media sosial. Yang terpenting, edukasi finansial harus bersifat membangun, realistis, dan mampu memberikan dampak positif nyata bagi publik.