Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SLTA Banjarnegara, masih menyisakan persoalan. Pasalnya, beberapa warga yang rumahnya jauh dari sekolah negeri sulit untuk bisa masuk karena keterbatasan kuota
Banjarnegara, Serayunews.com
Banjarnegara, Serayunews.com
Ardi Muhammad. Warga Desa Penawaran Kecamatan Sigaluh ini, tak bisa masuk SMAN 1 Sigaluh karena jarak ke sekolah tersebut cukup jauh. Sementara SMAN 1 Sigaluh, merupakan satu-satunya sekolah negeri di Kecamatan Sigaluh.
Ardi terpaksa memilih sekolah swasta, karena dirinya tersisih dengan calon siswa baru yang tempat tinggalnya lebih dekat.
“Kecewa jelas, tetapi mau bagaimana lagi, mau tidak mau saya memilih sekolah swasta,” katanya.
Menurutnya, jika tersisih karena kalah dalam nilai, Ardi masih bisa menerima. Namun hal ini tidak adil, karena tidak semua wilayah memiliki sekolah negeri, khususnya untuk jenjang SLTA.
Humas SMAN 1 Sigaluh, Heni Purwono mengatakan, dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini, SMAN 1 Sigaluh mendapatkan kuota 252 siswa, dan kuota tersebut sudah terpenuhi.
Pihak sekolah tidak bisa banyak berbuat, karena memang kuota terbatas. Meski dia juga mengakui, banyak siswa yang kecewa karena sistem zonasi tersebut.
Ia juga mengakui jika sistem zonasi ini membuat banyak calon siswa yang ada di wilayah Kecamatan Sigaluh seperti Desa Randegan, Panawaren, dan Tunggara tidak bisa masuk jalur zonasi karena jarak terlalu jauh. Padahal, sekolah kami satu-satunya pilihan mereka.
“Masalah ini selalu muncul sejak sistem PPDB menggunakan zonasi,” ujarnya.
Untuk diketahui, PPBD online SMA memakai sistem jalur zonasi, zonasi khusus, prestasi, afirmasi, dan perpindahan orangtua. Jalur zonasi paling menentukan, karena penentuannya oleh jarak rumah calon siswa dengan sekolah. Makin dekat rumah dengan sekolah, maka peluang diterima akan lebih besar.