Masuknya revolusi industri 4.0 atau yang dikenal dengan “cyber physical system” menggambarkan adanya transformasi dalam penggunaan teknologi digital. Semua orang akan berlomba untuk meningkatkan ketrampilan dan penguatan kapasitas diri. Perubahan gaya kerja, tuntutan dalam pencapaian target serta adanya kesenjangan ketrampilan menjadi salah satu dampak yang terjadi dikalangan para pekerja. Kemungkinan buruk yang terjadi adalah adanya stress kerja, dan kondisi ini sangat jarang untuk diperhatikan.
Survey yang dilakukan oleh Organisasi Buruh Internasional/International Labour Organization (ILO), melaporkan bahwa kurang lebih dua per tiga pekerja pasti mengalami stress kerja. Hal ini juga telah diteliti oleh Perinelli dan Beker pada tahun 2011 yang menggambarkan bahwa sebanyak 1500 pekerja di Indonesia juga mengalami stress kerja.
Stress kerja yang sering dirasakan oleh para pekerja akan memberikan dampak buruk bagi kondisi kesehatan fisik maupun psikis jika tidak diatasi sedini mungkin. Stress membuat imun sistem tubuh mengalami penurunan akibat adanya emosi negatif dalam diri. Emosi negatif yang dibiarkan dan terjadi terus menerus akan beresiko bagi masalah kesehatan serius seperti penyakit yang berhubungan dengan jantung, kesehatan mental, diabetes atau lebih sering dikenal dengan kencing manis.
Orang yang mengalami stress akan disertai dengan rasa lelah yang berkepanjangan walaupun sudah beristirahat, punggung pegal, tengkuk tegang, denyut jantung meningkat disertai dengan kenaikan tekanan darah hingga memunculkan kecenderungan melakukan bunuh diri.
Salah satu terapi paling signifikan dan telah terbukti untuk mengatasi stress yaitu dengan terapi Mindfulness Perilaku Asertif (MPA). Beberapa bukti empiris terkait Terapi MPA menggambarkan efek yang sangat luar biasa. Menurut Kabat-Zinn, terapi MPA membantu seseorang untuk dapat fokus terhadap hal yang saat ini dilakukan dan dirasakan, dan tidak berlarut terhadap kondisi sebelumnya. Studi lain yang dilakukan oleh Goldin, Gross, Grossman dan Van Dam, mengungkapkan bahwa terapi MPA dapat membantu dalam pengontrolan emosi sehingga seseorang akan lebih dapat mengontrol diri dan menciptakan emosi positif, merasa lebih sejahtera dan mengurangi rasa kesusahan dalam hidup.
Melakukan terapi MPA, akan terasa lebih bermafaat bagi tubuh jika dilakukan dengan konsisten. Menurut Mace, adanya konsistensi berkala dalam melakukan terapi MPA akan membuat seseorang memiliki pandangan hidup yang lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan secara psikologis. Terapi MPA ini dapat dilakukan kapan pun, dimanapun dan dalam situasi apapun, sehingga terapi MPA ini lebih bersifat terbuka dan fleksibel.
Pelaksanaan terapi MPA dilakukan secara bertahap dimulai dari memfokuskan nafas, sensasi tubuh serta secara sadar menerima apapun yang terjadi dalam hidup, dilanjutkan dengan memusatkan hubungan dan pikiran. Selanjutnya dengan memberikan afirmasi positif terhadap hal yang mengganggu pikiran dan menjadikan sebagai beban. Tahap terakhir dengan menekankan penerimaan diri fokus terhadap orang yang dicintai atau keluarga.
Era Revolusi Industri 4.0, membuat Anda semakin mudah mencari informasi bahkan menerapkan terapi MPA, bahkan dapat memulainya dengan ponsel yang Anda miliki. Saat ini, telah terdapat beberapa aplikasi terkait dengan terapi MPA. Selamat mencoba. (Putri, Rahmawati, Saraswati).
Penulis
Noor Rochmah Ida Ayu Trisno Putri (Dosen Perawat Universitas Harapan Bangsa)
Arni Nur Rahmawati (Dosen Perawat Universitas Harapan Bangsa)
Esti Saraswati (Dosen Akuntansi Universitas Harapan Bangsa)