JAKARTA, SERAYUNEWS.COM — Tahun 2018 menjadi pengalaman pertama bagi para pemudik merasakan jalan tol terpanjang dalam sejarah jalan bebas hambatan di Indonesia. Pemerintah mengoperasikan jalan tol dari Jakarta hingga Surabaya sepanjang 759 kilometer (km). Jalan tol yang menerabas empat provinsi ini terdiri dari 534 km ruas operasional, serta 235 km dalam tahap pengerjaan atau fungsional.
Bentangan jalan tol Trans Jawa bisa dilihat di peta Google lewat gawai atau komputer. Harus jeli melihat citra jalan tol di aplikasi google maps karena bentangan tol ini tidak tersambung 100 persen. Ruas jalan tol ini terputus di beberapa titik karena belum selesai pembangunanannya. Titik terputus itu terdapat pada beberapa ruas tol sepanjang Pemalang hingga Pasuruan. Jika tidak terputus bentangan tol Merak hingga Pasuruan akan menghasilkan panjang 995 km. Adapun ruas tol yang melintang dari Utara ke Selatan adalah tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta dan Ciawi ditambah ruas tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi), tol Cikampek – Cileunyi, dan tol Surabaya-Malang yang ruas Pandaan-Malang statusnya fungsional.
Menteri Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono optimistis mudik 2018 lebih lancar ketimbang tahun sebelumnya. Bahkan di ruas jalan non-tol atau jalan nasional baik jalur Pantai Utara dan Pantai Selatan, pemerintah mengklaim fasilitas jalan siap menampung arus mudik lebaran 2018. “Kondisi jalan nasional mantap,” katanya melalui rilis ke berbagai media pada 2 Juni 2018. Lantas bagaimana pemudik merasakan perjalanannya,apakah sesuai dengan optimisme pemerintah?
Arus Mudik
Bayu Adinugroho pemudik dari Jakarta menuju Sleman, Yogyakarta, menuturkan kepada Serayunews.com tentang kisahnya menjalani musim mudik 2018. Pria 35 tahun itu berangkat dari Jakarta Jumat 8 Juni 2018. Perjalanan Jakarta – Cirebon ditempuh dengan waktu normal. Tidak ada kemacetan berarti di tol Jakarta Palimanan, bahkan cenderung lancar. Di Cirebon Bayu dan keluarga singgah satu malam di salah satu sanak keluarga untuk bersilaturahmi.
Sehari kemudian, Sabtu 9 Juni 2018 pukul 05.30 atau H-6, Bayu melanjutkan perjalanan menuju Sleman. Bayu melewati tol Palimanan-Pemalang lalu masuk jalur tol fungsional di ruas Pemalang-Batang (39 km), ruas Batang – Semarang (74 km), dan ruas Semarang – Solo (32 km) dan keluar di pintu tol Bawen. Selanjutnya pegawai salah satu BUMN ini melanjutkan perjalanan lewat jalan Secang, Magelang, dan berakhir di Sleman. Total waktu yang ditempuh dari Cirebon-Sleman 5,5 jam. “Ini jauh lebih singkat ketimbang perjalanan tahun sebelumnya,” katanya.
Tol Palimanan-Pemalang serta dua ruas tol fungsional menjadi kunci kelancaran mudik 2018 di jalur tol Pantura. Masih melekat pada ingatan publik tentang tragedi macet horor di pintu tol Brexit – akronim dari Brebes Exit- pada musim mudik 2016. Pemerintah benar-benar mengambil pelajaran penting dari tragedi Brexit yang mengakibatkan macet total hingga 20 jam dan mengorbankan 12 pemudik meninggal.
Agar tragedi Brexit tak terulang, titik keluar tol terjauh dari Jakarta adalah pintu tol di Desa Gringsing, Weleri, Kabupaten Batang. Pintu tol ini berjarak 110 km lebih jauh ke timur dari titik Brexit. Ruas tol ini beroperasi fungsional dengan cara memasang beton agar bisa dilewati pemudik tanpa debu yang menyesakkan. Menurut ulasan media online Tirto pemasangan beton sementara di ruas tol fungsional ini memakan biaya Rp 1 miliar per 1 kilometer. Setelah musim mudik beton-beton itu dibongkar kembali.
Arus Balik
Nasib baik tak datang dua kali bagi Bayu. Ia tak lagi menikmati perjalanan singkat dan lancar seperti mudik Cirebon-Sleman. Kali ini saat arus balik Sleman – Cirebon lama perjalanan menjadi dua kali lipatnya. Bayu balik dari Sleman menuju Cirebon pada Ahad 17 Juni 2018. Ia tak lagi bisa masuk ke tol fungsional seperti arus mudik seminggu sebelumnya.
Bayu memutuskan melewati jalur umum Magelang-Weleri dan dilanjutkan masuk tol Pemalang-Palimanan. Total perjalanan Sleman-Cirebon menghabiskan 10 jam. Di Cirebon Bayu memutuskan istirahat satu hari. “Di mana-mana macet,” katanya.
Pada Rabu 19 Juni Bayu melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Ia menghimpun informasi tentang arus balik. Padatnya arus kendaraan di tol, membuat Bayu lebih memilih jalur nasional Pantura. Ia berencana masuk tol di gerbang Cikampek karena akan diberlakukan one way (satu arah) di tol Palimanan – Cawang mulai 19 Juni 2018 pukul 15.00.
Bayu berhasil mencapai pintu masuk tol Cikampek dengan perjalanan normal melewati Pantura. Namun prediksi bisa langsung masuk jalur one way tak terwujud. Ia justru tertahan selama satu jam untuk menikmati one way. Setelah masuk tol Cikampek-Jakarta, pengoperasian jalur tol masih berjalan normal, baru di KM 41 diterapkan one way. Selepasnya Bayu dan keluarga bisa lebih lancar melanjutkan perjalanan pulang menuju rumahnya di Jakarta.
Banyak pemudik yang mengejar one way seperti Bayu. Itu terlihat dari volume kendaraan arus balik yang mengalami peningkatan pada Selasa, 19 Juni 2018. Sistem one way masih dipertahankan dari Tol Cikopo-Palimanan hingga Cikarang Utama. Sedang dari Cikarang Utama KM 29 – KM 3 Halim berlaku lajur contra flow. Strategi one way ini bertujuan untuk mengurai kepadatan dan kemacetan. “Semakin tingginya volume lalu lintas, atas diskresi kepolisian memberlakukan satu arah ke arah Jakarta,” kata Senior Specialist Corporate Communications PT Jasa Marga (Persero) Tbk Irra Susiyanti.
Akibat pemberlakukan one way di tol Palimanan – Cawang, terjadi penumpukan kendaraan di jalur arteri Bekasi menuju Cikampek. One way tak terhindarkan menyebabkan kendaraan buangan dari Jalan Tol Jakarta Lingkar Luar (JORR), gerbang tol sepanjang Cikarang-Jakarta, menumpuk di jalur arteri. Bahkan banyak kendaraan yang terjebak di Jalan Tol JORR. Ini membuat regulator jalan arteri kewalahan mengatur arus lalu lintas. Mengetahui jalur arteri menjadi semrawut kebijakan one way segera dievaluasi dengan cara memangkan panjang one way.
Jalur Pantai Selatan
Penulis adalah salah satu pemudik yang lebih sering melewati jalur pantai selatan (pansela). Mudik dari Tangerang Selatan, Banten, menuju Lumajang, Jawa Timur, penulis mengambil jalur tol jakarta Cikampek, lalu mengarah ke tol Cileunyi Bandung. Keluar dari tol menuju arah Ciamis, Banjar, lalu masuk Sidareja Cilacap, Jawa Tengah. Jalur Bandung – Ciamis jika dilewati pada siang hari akan menemukan beberapa titik kemacetan karena pasar tumpah. Jika melwati jalur ini pada malam hari dan dilakukan H-7 akan lebih lancar.
Memasuki Cilacap Jawa Tengah, jalan mulai agak memburuk. Di beberapa titik jalan bergelombang dan tidak rata. Kendaraan kecil seperti LGCC akan merasakan goncangaan saat roda ban menghantam lubang kecil atau permukaan tak rata.
Setelah melewati Sampang Cilacap dan Sumpiuh Banyumas, penulis belok kanan mengambil jalur alternatif Kebumen-Purworejo atau dikenal sebagai Jalan A.D. Daendels. Jalan Daendels menghubungkan Cilacap-Yogyakarta ukurannya tidak lebar. Butuh kesabaran untuk mendahului kendaraan yang berjalan lebih pelan. Di ruas Daendels juga banyak persimpangan. Pemudik harus hati-hati dan jeli jika ingin sedikit memacu kendaraannya di atas 60 km per jam. Tak jarang warga mukim di sekitar jalan Daendels muncul seketika ke jalanan dengan menggunakan motor atau sepeda.
Kekurangan di jalur Daendels adalah prasarana seperti SPBU. Tapi jika kendaraan sudah terisi bahan bakar cukup tak perlu khawatir. Di jalur ini juga banyak masjid dan musala yang bisa dimanfaatkan untuk istirahat. Keramaian tak terlampau padat, meski beberapa bus besar juga kerap memilih jalur ini. Penulis teringat saat mudik 2013 ketika jalur nasional Kebumen-Purworejo sangat padat, aparat kepolisian mengalihkan beberapa kendaraan ke jalur Daendels. Walhasil kepadatan di jalur ini tak terlelakkan.
Memasuki Yogyakarta, jalan lebih lebar. Untuk melewati jalur pantai selatan ruas Jawa Tengah-Jawa Timur, pemudik bisa melewati jalan Jogja-Solo lalu melewati Klaten menuju Wonogiri dan memasuki Jawa Timur lewat Ponorogo. Namun jika ingin menghindari kepadatan Jogja-Solo, pemudik bisa melewati Gunung Kidul lalu tembus Wonogiri, dan masuk Jawa Timur lewat Pacitan.
Berada di Pacitan, Jawa Timur, pemudik akan dimanjakan dengan banyak pemandangan pantai. Di sebelah barat Pantai Dangkal, Pringkantung, Pacitan, tersembunyi pantai yang terlihat cantik dan belum diketahui namanya. Salah satu traveler melalui Instagram @hovershot.id memamerkan salah satu foto pantai yang tersembunyi tersebut. Foto tersebut diambil menggunakan drone. Pantainya dikelilingi pepohonan dan airnya berwarna biru.
Dari Pacitan jalur Pansela terputus, pemudik yang menuju Malang harus melewati Trenggalek dan masuk ke jalan nasional yang existing. Catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat seperti dikutip Kompas, sebagian ruas jalan yang belum diaspal itu terdapat di Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi. Dari Pacitan menuju Trenggalek pemudik juga disuguhkan tiga jembatan cantik yaitu Jembatan Soge dan Grindulu di Pacitan, serta Jembatan Damas di Trenggalek.
Jembatan Soge Pacitan
Jembatan Damas Trenggalek