Hasil Kreasinya di Hargai Hingga Puluhan Juta
Seniman dari Desa Karang Putat, Kecamatan Nusawungu ini hanya enam bulan mengenyam pendidikan dasar. Namun, dari tangan terampilnya banyak tercipta kreasi unik. Salah satunya Pohon akar.
Adi Kurniawan, Cilacap
Dahan, Ranting dan akar menjulang tinggi di depan halaman sebuah rumah sederhana persis di depan balai desa Karangputat. Bentuknya tak biasa, aneh tetapi tertata dengan rapih. Seperti di sebuah hutan belantara dengan tanaman yang jarang di temui. Pohon yang dibentuk dengan rangkaian akar itu tak sekedar hiasan, tetapi dari dahan dan rantingnya juga ditumbuhi dengan daun.
Setapak kecil membelah diantara rumpun pepohonan layaknya sebuah taman. Di ujung setapak itu, sebuah akar yang membentuk huruf u terbalik di bentuk sedemikian rupa menjadi sebuah gerbang beranda rumah. Sungguh pemandangan yang eksotis seperti hutan tropis kecil.
Adalah Suprapto yang akrab dipanggil Rama Katol, seorang seniman yang berkreasi dengan kearifan hasil alam. Mengenakan topi baret khas para seniman, Suprapto mulai menceritakan kisahnya berkarya dengan berbagai jenis tanaman. Dia menjelaskan, awal ketertarikanya pada tanaman hias ketika membaca sebuah koran yang memuat tentang harga jual sebuah tanaman yang pada waktu itu terbilang cukup tinggi. “Dulu ketika saya naik bis iseng membaca koran, sebuah pohon serut dihargai dengan harga satu juta rupiah pada tahun 70 an. Harga yang fantastis untuk sebuah pohon,” ungkapnya.
Kakek dari empat orang cucu ini menuturkan, pada awalnya Ia memulai berkarya dengan berbagai jenis tanaman hias. Pada era 80an, Suprapto pernah menciptakan rekor dengan menanam sekitar seribu tanaman obat. Saat itu, namanya mulai terkenal di dunia tanaman hias. “Waktu itu, pernah masuk koran karena saya menemukan dan menanam seribu tanaman obat dan mendapatkan penghargaan dari Provinsi,” kenangnya.
Dirasa tidak begitu populer dan menghasilkan, Suprapto mencoba menggali kemampuanya berkreasi dengan tanaman. Dari berbagai bonsai, Ia mulai terinspirasi membuatnya lebih besar dan lebih unik. Suprapto kemudian memilih pohon beringin karena karakteristik yang menuturnya menarik. Pohon beringin yang Ia peroleh, kebanyakan sebuah pohon yang dikeramatkan oleh masyarakat di kuburan.