SERAYUNEWS – Menuai banyak kecaman usai melontarkan menentukan Lebaran 2024 karena telah bertelepon langsung dengan Allah SWT, akhirnya Jemaah Aolia langsung memberikan klarifikasi atas kegaduhan ini.
Imam jemaah Aolia di Gunungkidul, KH Ibnu Hajar Pranolo atau yang kerap orang sapa Mbah Benu, dalam klarifikasi yang dibagikan pihak terkait kepada para wartawan, mengatakan bahwa ucapan itu hanya istilah semata.
“Terkait pernyataan saya tadi pagi (Jumat, 5/4/2024) tentang istilah menelepon Gusti Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu sebenarnya hanya istilah,” kata Mbah Benu dalam video, serayunews.com mengutip pada Minggu (7/4/2024).
Dalam video tersebut, Mbah Benu lantas menjelaskan, istilah tersebut adalah perjalanan spiritualnya selama ini dalam memeluk agama Islam. Ia juga turut meminta maaf jika perkataannya menyinggung banyak pihak, terutama umat Muslim.
“Dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujarnya.
“Apabila pernyataan saya yang menyinggung atau tidak berkenan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak. Terima kasih,” tambahnya.
Pernyataan Telfon Langsung kepada Allah
Sebelumnya, video pernyataan pimpinan jemaah Aolia itu viral di media sosial lantaran alasan dalam menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah/2024 Masehi menimbulkan kontroversi, yakni usai bertelepon langsung dengan Allah SWT.
“Tidak ada perhitungan (penentuan 1 Syawal), saya telepon langsung kepada Allah Ta’ala. Ya Allah, kemarin tanggal empat (April 2024), malam empat, Ya Allah ini sudah tanggal 29, 1 Syawalnya kapan? Allah Ta’ala ngendiko (berkata), tanggal limo jumuah, kuwe koyo ngono (itu kayak begitu), mangkane disalahke wong, ora opo-opo, urusane ingsun karo Gusti Allah (makanya disalahkan orang, nggak apa-apa, urusan saya dengan Gusti Allah),” ucapnya menggunakan bahasa Jawa.
Sontak, penetapan Idulfitri di aula rumah KH Ibnu Hajar Pranolo ini menuai reaksi berbagai pihak.
Pertama, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrur Rozin atau Gus Fahrur. Dirinya berharap, semua umat Islam khususnya tokoh agama, beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu, dan akal sehat.
“Tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam termasuk berdalih telah berbicara langsung dengan Allah swt,” kata Gus Fahrur dalam pernyataan resminya di laman NU Online, Sabtu (6/4/2024).
Kedua, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, mengatakan memang kelompok Aolia selalu berbeda. Jika mengacu pada ajaran Islam, apa yang jemaah Aolia lakukan tidaklah sesuai syariat.
“Kalau mengacu pada acuan ajaran Islam seperti perintah puasa karena melihat bulan dan Lebaran karena melihat bulan, maka pasti yang Lebaran hari ini (duluan) tidak sesuai syariat Islam,” jelas Kiai Cholil.
Kemudian, Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir pun angkat bicara soal polemik jemaah Aolia di Gunungkidul. Haedar mengimbau masyarakat mengedepankan toleransi.
“Di Gunungkidul dan di tempat lain juga ada yang berbeda. Ya, kita toleran saja terhadap perbedaan itu,” kata Haedar di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta.
***