SERAYUNEWS– Cerita pilu mendera petani yang memiliki lahan pertanian di Blok Sindu Kalibening Banjarnegara. Jika saat hujan deras selalu tergenang luapan sungai Brukah, saat kemarau selalu kekurangan air karena Brukah mengering. Namun, dari dua cerita tersebut, menyisakan satu cerita lagi di mana tikus wara-wiri bermigrasi.
Usai digenangi luapan sungai Brukah belum lama ini, puluhan petak sawah dengan kondisi tanaman padi yang sedang mengisi bulir mengalami kerusakan parah akibat serangan hama tikus. Pantauan di lokasi, terlihat petak sawah yang tampak botak pada bagian tengah sedangkan tepian terlihat normal atau tetap berbuah.
Sekdes Gununglangit Kalibening, Husen mengatakan, ada yang unik dan selalu menjadi kebiasaan jika Sindu banjir. Sebab, tikus akan bermigrasi ketempat yang lebih tinggi termasuk ke sawah Gunungsari. “Nah, migrasi itu menjadikan kerusakan di tempat yang baru atau akhirnya merusak tanaman padi yang tidak kena banjir,” katanya.
Menurut Husen, petani dalam menjaga tanaman sudah sangat maksimal mulai dari memasang umpan beracun hingga memasang ‘orang-orangan’ sawah. Namun, upaya tersebut seperti tidak mempan dan tidak membuat tikus takut. “Penampakan seperti kepala orang, yang pinggir ada padinya sedangkan yang tengah tidak berbuah atau botak. Bahkan ada yang hanya tinggal pinggirnya saja,” katanya.
Kepala Desa Bedana, tetangga Desa Gununglangit, Hardiyanto mengatakan, serangan tikus juga dirasakan petani di Blok Wanakrama yang berada lebih tinggi dari persawahan Blok Sindu. “Sama juga, hanya tanaman yang di pinggir yang aman. Sedangkan, bagian tengah habis tak berbuah. Tahun ini sangat terasa serangan tikus. Dipastikan petani gagal panen hingga 80-an persen,” katanya.
Hardiyanto sangat berharap ada upaya untuk mengurangi risiko kerugian petani di kemudian hari dengan segera dilakukan normalisasi sungai Brukah. Harapannya agar petani tidak berpacu dengan hama tikus secara sporadis. “Tikus saat migrasi jumlahnya sangat banyak dan berbaris di jalanan,” katanya.
Terpisah, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kalibening, Heri Musanto mengatakan, pihaknya belum bisa memperkirakan kerugian yang dialami petani. “Saat ini, tanaman padi di wilayah tersebut rata-rata berusia 70-85 hari setelah tanam atau HST. Setelah panen baru akan muncul angka kerugian petani,” katanya.