
SERAYUNEWS – Ancaman tanah bergerak di Desa Maribaya, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, masih belum berhenti hingga Kamis (20/11/2025).
Dampaknya, puluhan warga terdampak harus tetap mengungsi karena kondisi permukiman dinilai tidak lagi aman.
Kepala Desa Maribaya, Tarso Dwi Cahyanto, mengungkapkan bahwa bencana ini menyebabkan 22 kepala keluarga terdampak. Setidaknya 19 rumah mengalami rusak berat, sementara tiga rumah lainnya rusak sedang.
Para warga yang rumahnya terdampak sudah mengungsi ke rumah kerabat, orang tua, maupun sanak keluarga terdekat.
“Rekomendasi tim geologi, lokasi tanah bergerak sudah tidak layak untuk ditempati. Nantinya akan diupayakan relokasi untuk para warga terdampak,” terangnya.
Tarso menyampaikan terima kasih kepada Polres Purbalingga yang telah tiga kali menyalurkan bantuan kepada warga terdampak.
Ia juga mengapresiasi banyak pihak yang bersiaga di lokasi untuk menjaga keamanan dan membantu penanganan.
“Mudah-mudahan bantuan ini bisa meringankan beban warga kami yang sedang terkena musibah,” ucapnya.
Polres Purbalingga, bersama Bhayangkari dan Polwan, terus memberikan layanan sosial kepada warga Desa Maribaya yang masih mengungsi.
Dipimpin Kasat Samapta AKP Tri Haryanto, puluhan personel melaksanakan sejumlah aksi:
Polwan turut membantu menyiapkan makanan di dapur umum yang didirikan BPBD Kabupaten Purbalingga.
Kasat Samapta menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian Polres terhadap warga terdampak.
“Selain itu, kami juga menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis dan trauma healing bagi warga terdampak bencana tanah bergerak,” ucapnya.
Polres Purbalingga juga menyiagakan personel secara bergantian di lokasi tanah bergerak. Mereka membantu penanganan lanjutan hingga mendirikan posko komando pengendali lapangan untuk respons cepat apabila terjadi situasi darurat.
“Kami juga mendirikan posko komando pengendali lapangan yang fungsinya siap diperbantukan apabila ada situasi yang perlu cepat mendapatkan penanganan,” tambahnya.
Bencana tanah bergerak ini pertama kali terjadi pada Jumat (14/11/2025) dan langsung merusak sejumlah rumah warga. Hingga kini proses penanganan masih berlangsung dengan melibatkan pemerintah daerah, aparat kepolisian, dan unsur lainnya.