SERAYUNEWS – Lebih dari 87 tahun silam, penemuan bersejarah terjadi di Indonesia. Tepatnya, pada tanggal 25 Maret 1936 yang lalu menjadi peristiwa penting bahkan di dunia.
Bagaimana tidak, nama seorang Mbah Moedjair, bukanlah sosok ilmuwan yang hebat. Tetapi berkat perjuangan panjangnya, membuat penemuan terhadap Ikan Mujair di akui sampai saat ini.
Tak banyak yang menyangka, lelaki tersebut berasal dari Blitar, Jawa Timur. Berikut serayunews.com sajikan kisah Mbah Moedjair, dalam perjuangan sebagai penemu pertama kali Ikan Mujair untuk Anda.
Dari berbagai sumber, Mbah Moedjair merupakan pria yang lahir di Desa Kuningan, berjarak 3 km dari Kota Blitar ke arah Timur. Beliau mempunyai nama asli Iwan Muluk dan lahir pada tahun 1890. Mbah Modjair menikah dengan Siti Partimah dan di karunia 7 orang anak.
Melansir pada laman puskominfo-ppdi.or.id, Organisasi Persatuan Perangkat Desa Indonesia menjelaskan, bahwa kisah ini berawal saat Mbah Moedjair menemukan Ikan Mujair di rumahnya sendiri.
Pernyataan tersebut dia sampaikan langsung oleh sang anak, Munir yang merupakan saksi hidup ketika ayahnya berhasil mendapatkan peristiwa bersejarah ini.
Munir yang merupakan anak kelima, saat itu berusia 3 tahun. Setelah penemuan terjadi, rumahnya sering kali di datangi orang untuk melihat temuan sang ayah. Bahkan, ikan sang ayah ini di minati warga Belanda.
Selanjutnya, sosok Mbah Moedjair awalnya adalah seorang pedagang satai. Namun, usahanya bangkrut akibat kebiasaan buruk berjudi. Lalu, ia memutuskan tirakat atas usulan dari kepala desanya saat itu.
Hingga akhirnya Mbah Moedjair menemukan dua ekor ikan di muara sungai Serang Selatan, Blitar. Konon Mbah Moedjair tertarik dengan ikan ini, karena induk ikan ini akan memasukan anak-anaknya ke dalam mulut saat merasa terancam.
Usaha untuk membudidayakan ikan air laut di air tawar ini, beberapa kali gagal. Akhirnya usai melewati 11 kali percobaan, Mbah Moedjair mampu membudidayakan empat ekor.
Kesuksesan saat itu, terdengar oleh asisten residen atau penguasa daerah Jawa Timur pada zaman penjajahan Belanda. Hingga memutuskan untuk memberi nama ikan hasil adapatasi itu. Sebagai penghormatan kepada Mbah Moedjair sebagai penemu, ikan itu di beri nama Ikan Mujair.
Mbah Moedjair sendiri wafat pada 1957, karena penyakit asma yang di derita. Ia di makamkan di sebelah makam sang istri di Blitar, dan batu nisannya di lengkapi keterangan bahwa ia adalah penemu Ikan Mujair.***