
“Sugeng Rawuh Dhateng Kampung Pendekar”. Itulah sapaan akrab dari si Buta Dari Goa Hantu yang akan pengunjung dapatkan saat berkunjung ke Kampung Pendekar di Desa Sidaurip Kecamatan Binangun.
Kampung Pendekar menyajikan pesona kehidupan masyarakat Jawa pada masa silam melalui setting serta tata cara bertransaksi yang mungkin hanya didapatkan di kampung ini.
Dengan penataan warung yang menggunakan atap daun kelapa, para penjaja makanan siap menghidangkan aneka makanan jadul untuk para milenials. Diantara makanan yang menjadi daya tarik para penikmat kuliner jajanan lawas yakni aneka rebusan umbi-umbian, beras ketan, serta rujak bebeg yang selalu ramai pengunjung.
Suasana Jawa jaman dulu pun begitu terasa saat memasuki gerbang kampung ini. Para petugas menggunakan dress code kebaya bagi para wanita lengkap dengan jarik serta baju lurik bagi para petugas pria lengkap dengan blangkon. Tak ada satupun petugas yang menggunakan baju modern layaknya para pengunjung.
Ditambah lagi, untuk melakukan transaksi ekonomi, para penjaja makanan jadul ini hanya menerima uang kepeng. Uang inilah yang menambah sensasi kehidupan Jawa masa silam yang dapat dinikmati para pengunjung selain suasanya asri yang menyejukkan. Satu kepeng bernilai Rp. 2000.
“Ini yang bikin saya kemari. Menggunakan uang kepeng buat beli makanan di sini,” ujar Hening, salah satu pengunjung yang datang dari Purwokerto.
Jarak yang perlu ditempuh pengunjung untuk ke Kampung Pendekar ini memang terbilang cukup jauh. Dibutuhkan sekitar 35 KM dari pusat kota Cilacap, begitu pula dari Purwokerto. Namun, saat berada di Wisata Kampung Pendekar ini, lelah pun terbayar lunas.
Semilir angin membuat suasana tempo dulu begitu terasa karena kampung ini ditata berada di tengah areal persawahan dan dikelilingi rimbunnya pohon jati. Sehingga sejuk udara di siang hari menghilangkan penat para pengunjung.
“Pengunjung bisa menikmati makanan di sini sambil duduk di bangku yang di set seperti jaman dulu. Ada live music dan kegiatan budaya lainnya dengan panggung sederhana biar lebih kental suasana kekunoaannya. Kami menggandeng komunitas untuk mengisi acara tiap minggunya,” kata Wawan, founder Wisata Kampung Pendekar.
Tanpa Limbah Plastik Kampung Pendekar Ramah Lingkungan

Selain untuk menghadirkan suasana jaman dulu, setting-an Kampung Pendekar juga untuk melaksanakan kegiatan Go Green yakni mengurangi limbah plastik. Jangan berharap untuk menemukan perabot plastik jika memesan makanan disini.
Tak ada gerabah yang digunakan berasal dari plastik. Untuk menyajikan makanan kepada para pengunjung, Wawan meminta para penjual makanan untuk menggunakan gerabah kayu ato bambu.
“Makanan dan minuman yang disajikan menggunakan gerabah bebas plastik. Kebanyakan dari bambu atau batok kelapa,” ucapnya.
Bagi yang hobi berswafoto, Wawan dan juga timnya sudah menyiapkan panggung swafoto seperti dapur kuno, gentong cuci tangan dan tulisan aksara jawa sebagai petunjuknya. Pengunjung juga dapat menyewa pakaian Jawa yanng telah disiapkan untuk mendapatkan foto ala perkampungan Jawa tempo dulu.
Kampoeng Pendekar, ini merupakan inisiatif para pemuda-pemuda desa yang tergabung dalam paguyuban Putra Langgen Jagad, Tangker Wijayakusuma dan Generasi Pesona Indonesia (GenPi) Kabupaten Cilacap dan Dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cilacap Heroe Harjanto pada Minggu (2/9) lalu.
“Kedepannya ingin ada pengembangan lebih gede, dan kami berharap perhatian pemerintah dengan membantu konsep, agar budaya kita tetap terjaga kedepannya,” katanya.
Untuk masuk ke kampung in, cukup bayar Rp 3.000/orang. Sedangkan untuk parkir Rp 1.000 untuk sepeda motor, dan Rp 3.000 untuk mobil.
Rania, satu pengunjung mengatakan jika penasaran dengan destinasi wisata baru di Cilacap ini, Kampoeng Pendekar. Meski berada satu jam darikota Cilacap, dia dan teman-temannya rela menempuh perjalanannya.
“Penasaran, karena di Instagram keren-keren banget fotonya, jadi ke sini. tempatnya asri, dan unik, karena ada pendekar-pendekar,” kata warga Cilacap ini. (AS)