SERAYUNEWS-Jelang Ramadan, ratusan warga Desa Klampok, Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara menggelar nyadran gedhe. Dalam kegiatan tersebut, selain ziarah ke makam sesepuh desa, juga ada kirab atau arak-arakan tumpeng raksasa dan gunungan hasil bumi.
Pada kegiatan tersebut, ratusan warga desa berduyun-duyung mengunjungi makam Adipati Warga Utama 1 yang merupakan makam sesepuh desa setempat untuk berdoa bersama. Sebelum kegiatan tersebut, tumpeng raksasa dan dua gunungan diarak keliling desa menuju kompleks makan tersebut, Jumat (28/2/2025).
Nyadran gedhe bagi warga Desa Klampok ini merupakan satu tradisi turun temurun menyambut datangnya bulan Ramadan. Kegiatan ini sekaligus sebagai sarana silaturahmi dan saling memaafkan sesame warga, termasuk mendoakan para leluhur desa.
Tumpeng raksasa dan dua gunungan hasil bumi ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur warga atas hasil bumi dan berkah dari sang pencipta. Sehingga, kegiatan ini ada kebersamaan, terlebih tumpeng dan gunungan hasil bumi serta jajanan pasar ini menambah semarak warga saat puncak acara, yakni makan bersama.
Kepala Desa Klampok Agus Supriyono mengatakan, nyadran gedhe ini merupakan satu tradisi warga menyambut Ramadan. Kegiatan ini juga sekaligus sarana silaturahmi dan menguatkan kerukunan warga. Terlebih semua warga kompak menggunakan pakaian adat jawa saat melakukan kirab.
“Nyadran ini sebagai rasa ungkapan syukur atas berkah yang sudah diberikan pada warga, dan ini juga bagian dari rasa suka cita menyambut Ramadan,” katanya.
Menurutnya, sebelum dilaksanakan nyadran gedhe ini, para warga juga secara gotong royong membersihkan kompleks makam dan jalanan desa. Hal ini menggambarkan semangat gotong royong dan sikap guyub rukun masyarakat.
“Nyadran ini sudah menjadi tradisi warga, sehingga kami terus melestarikan kegiatan ini sebagai satu sarana memperkuat silaturahmi dan kebersamaan masyarakat menyambut Ramadan,” ujarnya.
Sementara itu, Camat Purwareja Klampok, Susanto, menyampaikan bahwa Sadran Gedhe adalah momen untuk mengirim doa kepada para leluhur. Khususnya orang tua, yang dikemas menjadi budaya.
“Orang meninggal dunia itu semua ditinggalkan kecuali amal jariyah, ilmu bermanfaat dan anak sholeh yang taat beragama. Doa dari anak kepada orang tua yang dikemas menjadi budaya yang diberi nama Sadran Gedhe,” katanya.