Cilacap, serayunews.com
Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah Sakina Rosellasari mengatakan, program kegiatan tersebut merupakan salah satu tindak lanjut dari pertemuan Gubernur Jawa Tengah, saat menyapa migran yang ada di beberapa negara. Saat itu ada masukan terkait dengan purna migran di Kabupaten Cilacap yang membutuhkan pemberdayaan.
Sehingga pihaknya menindaklanjutinya dengan menggelar focus grup discussion (FGD), dengan melibatkan Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian Cilacap, perbankan, akademisi, forum purna migran, dan Komisi E, digelar secara virtual di Aula Balai Latihan Kerja di Cilacap, Jumat (28/01/2022).
“Ini untuk mengolaborasikan kegiatan sehingga tidak hanya pelatihan selesai, tapi melakukan pendampingan dan pembinaan,” ujar Sakina Rosellasari usai acara kepada wartawan.
Sakina menyampaikan, dalam tindaklajutnya ada dua jenis kegiatan yang akan disasar yakni eks PMI yang belum memiliki kegiatan (usaha) dan yang sudah merintis usaha.
“Ini skupnya berbeda, karena yang belum punya bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan, yang sudah punya kendalanya dimana apakah itu marketingnya, modal, kemasan atau pemasarannya,” ujarnya.
Selain itu, Kabupaten Cilacap dipilih sebagai salah satu sasarannya dikarenakan Cilacap sebagai kantong migran dengan berbagai latar belakang dan ditemui sejumlah kendala maupun permasalahan, sehingga yang eks PMI diharapkan tidak kembali ke luar, melainkan memiliki usaha dengan modal hasil kerjanya selama menjadi PMI.
“Harapanya nanti seperti masukan dari UGM ada sekolah model kewirausahaan untuk mewujudkan ekosistim pekerja dan purna migran Indonesia. Nanti kita lakukan identifikasi masukan dari pemerhati dari akademisi, forum purna migran Cilacap, pesertanya dari itu, termasuk dari Dinas Ketenagakerjaan Cilacap,” katanya.
Sedangkan untuk konsep pemberdayaannya akan ditentukan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta dengan pertimbangan masukan dari berbagai pihak.
“Kami tidak menentukan, tapi teman-teman yang memberikan masukan, sehingga pelatihannya jelas, pelatihannya bukan top down tapi betul-betul sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga keberhasilannya lebih tinggi,” ujarnya.
Salah satu eks PMI dari Desa Menganti Kecamatan Kesugihan Cilacap Fitri Handayani mengatakan, bahwa ia sudah pulang ke tanah air dan mulai merintis usaha sejak setahun yang lalu, namun sempat terdampak pandemi Covid-19.
Eks PMI yang pernah bekerja sejak tahun 1999 di Negara Singapura ini, memilih merintis usaha olahan makanan khas Cilacap seperti keripik pisang dan sukun.
Meski memiliki usaha sendiri, namun ia perlu ada pembinaan dan pendampingan agar usahanya semakin maju, sebab usaha yang dirintisnya juga belum memiliki izin priduksi serta pemasaran yang belum terarah. Sehingga dengan adanya program pemberdayaan eks PMI, diharapkan usahanya semakin berkembang.
“Harapannya kita sebagai PMI purna yang punya usaha atau yang gagal bisa maju ke depannya, dari pemerintah harapan kita bisa ada sarana dan prasrana, bisa dibantu perizinan usaha dan marketing sehingga bisa berkembang,” ujarnya.