Slamet Effendy Yusuf adalah lelaki asal Banyumas yang kental dengan organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU). Dia juga sempat dikenal sebagai politisi Partai Golkar. Saat ramai dukungan pada Gus Dur, Slamet memilih berseberangan.
Slamet adalah lelaki kelahiran Ajibarang, Banyumas pada 1948. Tokoh yang lama di Senayan itu telah berpulang pada akhir tahun 2015 lalu. Semasa muda, aktivitas Slamet di lingkungan NU sudah terlihat. Dia aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Lalu, semasa kuliah di IAIN Yogyakarta (sekarang bernama UIN Sunan Kalijaga Yogyarakat), Slamet aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Saat aktif di PMII, Slamet memperjuangkan PMII agar lepas dari struktur NU. Saat itu NU juga masih menjadi Partai NU. Perjuangan Slamet pun menjadi kenyataan. Namun, di tahun 2015, saat Muktamar NU, PMII kembali masuk badan otonom di NU. Pada 2015 itu, Slamet adalah panitia muktamar.
Selain di PMII, Slamet juga menjadi Ketua Umum GP Ansor selama dua periode, yakni 1985-1990 dan 1990-1995. Di masa-masa tahun 80-an, aktivitas politik praktis di partai politik mulai dilakukan oleh Slamet. Pada 1982 dia menjadi calon legislatif untuk PPP.
Namun, arah politiknya berubah sejak 1988. Semasa menjadi Ketua Umum GP Ansor itu, Slamet masuk Partai Golkar yang saat itu menjadi partai pemerintah. Bersama Golkar pula, Slamet lolos ke senayan sebagai anggota DPR RI beberapa kali.
Slamet juga pernah bersebarangan dengan Gus Dur pada Muktamar NU 1984. Pada saat itu, Gus Dur sangat kuat untuk kembali menjadi Ketua Umum PBNU. Namun, Slamet memutuskan untuk berseberangan dengan Gus Dur. Slamet memilih mendukung calon lain dan bukan Gus Dur.
Langkah Slamet dilakukan karena dia tak ingin NU terlalu keras melawan Orde Baru. Perlawanan terlalu keras malah bisa membuat NU bisa dibubarkan. Maka, Slamet pun memilih luwes berhadapan dengan Orde Baru.
Sekalipun pernah berseberangan, Slamet dan Gus Dur pernah menjadi tokoh penting di balik khittah NU pada 1984. Dari khittah itu, NU memutuskan tak berpolitik. Nah, yang membidani khittah adalah Slamet Effendy Yusuf, namun khalayak kadung menilai bahwa Gus Dur lah yang mengonsep khittah. Majalah NU Aula dalam sebuah terbitannya pun pernah menulis bahwa Slamet lah konseptor khittah.
Referensi
http://www.pastiaswaja.org/2015/12/kh-slamet-effendi-yusuf-di-mata-kang-said.html?m=1