SERAYUNEWS– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menargetkan di tahun 2026 peringatan dini Tsunami dapat tersebarluaskan dalam waktu tiga menit paska gempabumi. BMKG terus memperkuat Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi tersebut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya terus mengembangkan dan memperkuat sistem tersebut. Yakni dengan super komputer, kecerdasan artifisial (artificial intelegent), internet of things dan big data, serta program pengembangan SDM unggul berkelas dunia.
“Hal ini agar sistem informasi BMKG jauh lebih andal, dan Peringatan Dini yang tersebar jauh lebih cepat, tepat, akurat dan luas jangkauannya,” ungkap Dwikorita dalam keterangannya di laman BMKG, dikutip Senin (5/2/2024).
Dwikorita menyampaikan, sejak 2022, melalui Project Indonesia Disaster Resilience Innitiative (IDRIP) yang didanai World Bank, BMKG menargetkan di tahun 2026 Peringatan Dini Tsunami dapat tersebarluaskan dalam waktu tiga menit setelah terjadi gempa bumi.
Sedangkan peringatan dini cuaca ekstrem ditargetkan dapat disebarluaskan dalam waktu sepekan, tiga hari hingga tiga jam sebelum kejadian. Sementara peringatan dini anomali Iklim disebarluaskan dalam waktu enam bulan sebelum kejadian, dengan akurasi 90 persen.
Menurutnya, khusus sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, BMKG terus merapatkan jaringan sensor-sensor pendeteksian gempa bumi, membangun prototype Sistem Peringatan Dini Gempa bumi, membangun Sistem Processing Gempa bumi dan Pemodelan Tsunami Merah Putih yang diperkuat dengan AI, IOT, BIG Data dan super komputer.
Dwikorita menjelaskan, penguatan sistem dan pembangunan Gedung Pusat Multi Hazard Early Warning System merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Keberadaan Gedung Multi Hazard Early Warning System di Denpasar merupakan backup dari Sistem yang ada di Kemayoran, sehingga akan otomatis mengambil alih peran jika sewaktu-waktu terjadi gangguan atau kondisi darurat
“Groundbreaking ini membuktikan kesungguhan komitmen kita, untuk terus meningkatkan ketangguhan Indonesia dalam menghadapi bencana. Menguatkan manajemen penanganan bencana, dan meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi dan memitigasi bencana, untuk mengurangi risiko korban jiwa, kerusakan, dan kerugian materil yang lebih besar,” paparnya.
Selain itu, lanjut dia, penambahan fasilitas tersebut juga menjadi bagian dari strategi dan lompatan besar BMKG dalam transformasinya dari World Class menjadi Global Player. Keberadaan sistem dan gedung tersebut, tambahnya, menjadi tolok ukur kesungguhan dan peran penting Indonesia dalam bidang Meteorologi Klimatologi serta Geofisika.
“Informasi dan data yang tersedia tidak bersifat lokal saja, namun juga regional dan global. Saat ini, InaTEWS dapat kepercataan untuk memberikan Peringatan Dini Tsunami bagi 25 negara di sepanjang pantai Samudera Hindia dan 10 negara ASEAN. Tentunya ini akan kami lakukan secara konsisten dan berkesinambungan,” imbuhnya.
Dwikorita menuturkan, harapannya keberadaan Pusat Multi Hazard Early Warning System tersebut mampu memberikan informasi cepat dan akurat kepada masyarakat dan stakeholder terkait berbagai ancaman bencana alam yang mengintai masyarakat Indonesia. Mulai dari gempa bumi dan tsunami, cuaca ekstrem, hingga perubahan iklim.
“Informasi yang diterima ini nantinya oleh masyarakat menjadi acuan dalam melakukan mitigasi dan evakuasi sebelum bencana akan terjadi. Dengan begitu dapat meminimalisir jumlah korban jiwa akibat gempa bumi dan tsunami,” ujarnya.