SERAYUNEWS– Fenomena embun beku di Dataran Tinggi Dieng dan suhu dingin sangat terasa belakangan ini. Badan Meteologi, Kalimatologi dan Geofisika (BMKG) menilai kejadian ini adalah hal yang biasa, bukan dampak dari fenomena Aphelion.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menyebutkan, fenomena embun beku dan suhu dingin biasa terjadi. Ini disebabkan oleh kondisi meteorologis dan musim kemarau yang tengah terjadi saat ini. Jadi, bukan dampak dari fenomena Aphelion.
Dia menjelaskan, fenomena embun es itu merupakan kejadian biasa pada saat puncak kemarau, akibat suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Sesuai analisis BMKG, fenomena yang terjadi saat ini tak lepas dari pembentukan awan dari kandungan air di dalam tanah yang menipis.
Selain itu uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembapan udara. “Wilayah kita itu sangat kompleks, ada lereng ada pesisir, ada gunung,” ujarnya dikutip dari laman Pemkab Magelang, Selasa (16/7/2024).
Dijelaskan, jika kemungkinan di laut sudah cerah, tapi di daratan belum. Di tempat lain, ada yang cerah lagi, itu tempat pegunungan. “Nah yang cerah itu potensi terjadi embun beku,” jelasnya saat Panen Raya Sekolah Lapang Iklim di Kabupaten Magelang.
Pada kondisi puncak kemarau saat ini, lanjut Herizal, di Jawa dan beberapa tempat yang berada pada ketinggian, terutama di daerah pegunungan, diprediksi mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 derajat Celsius.
Hal itu disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang dari pada dataran rendah. Hal ini sangat cepat mengalami pendinginan, lebih-lebih pada saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan. Sehingga menimbulkan suhu dingin.
Uap air di udara akan mengalami kondensasi pada malam hari dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput. Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku.
Ini karena disebabkan suhu udara yang sangat dingin, ketika mencapai minus atau nol derajat. Herizal menyebut, hal ini menunjukkan bahwa fenomena Aphelion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan suhu di Indonesia.
Sehingga diharapkan masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan terhadap informasi yang menyatakan bahwa akan terjadi penurunan suhu ekstrem di Indonesia akibat dari Aphelion.
Selain di Dataran Tinggi Dieng, fenomena ini juga pernah dilaporkan terjadi di beberapa tempat lain di Indonesia, yaitu, daerah Gunung Semeru dan pegunungan Jayawijaya, Papua.