SERAYUNEWS— Atas dasar prinsip hukum berenang di lautan etika, maka tugas tugas terberat seorang presiden, bukanlah mengerjakan apa yang benar, melainkan mengetahui apa yang benar.
Begitu kira-kira inti pesan dari buku berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi, milik SBY yang rilis pada 26 Juni 2023 lalu. Buku ini khusus untuk kader Partai Demokrat dan berisikan pandangan SBY mengenai berbagai isu soal Jokowi menjelang kontestasi politik 2024.
Karya cetak ini kembali viral setelah putra SBY, Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dilantik menjadi Menteri ATR/BPN oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu 21 Februari 2024.
Buku berisi 24 halaman ini berisikan lima poin penting yang menjadi sorotan SBY, ayah Edhie Baskoro Yudhoyono.
Pertama, soal Jokowi yang isunya akan ikut cawe-cawe urusan Pilpres 2024. Kemudian, hal kedua adalah rumor Jokowi menginginkan peserta Pilpres 2024 hanya dua pasangan calon (paslon). Lalu, ketiga tentang anggapan bahwa Jokowi yang tak menyukai dan tak menginginkan Anies Baswedan menjadi calon presiden di Pilpres 2024.
Keempat, soal isu Jokowi memberikan dukungan kepada beberapa pihak untuk maju di Pilpres 2024. Terakhir, soal Jokowi yang dianggap menjadi pihak yang menentukan siapa capres dan cawapres yang harus diusung di kontestasi politik tahun ini.
Hebohnya buku bersampul warna merah ini mendapat tanggapan dari Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief. Menurutnya masyarakat hanya membaca judul, tak isi secara lengkap.
“Salah satu kebiasaan orang Indonesia sejak zaman informasi cepat adalah hanya membaca judul buku. Jadi, sering keliru dan berburuk sangka,” kata Andi Aref (22/2/2024).
Salah seorang netizen, Jhon Sitorus, beranggapan agar buku tersebut ditarik karena berbahaya bagi kesehatan mental AHY.
“Belum setahun buku ini terbit, sepertinya peredarannya harus ditarik secara massif. Berbahaya untuk kesehatan mental AHY nantinya. Lucu sekali tontonan politik ini,” tulisnya melalui akun resmi media sosialnya @Miduk17 (22/2/2024).
Akan tetapi, respons mengejutkan justru muncul dari Partai Demokrat melalui juru bicaranya, Herzaky Mahendra. Ia mengatakan buku internal Partai Demokrat ini tidak akan berhenti peredarannya.
Menurutnya, buku tersebut tidak ada hubungan dengan masuknya Ketua Umum Partai Demokrat, AHY, ke kabinet kerja Jokowi.
“Hal ini apakah kemudian menjadi kontradiktif, tidak dong, dengan masuknya kita ke dalam (kabinet) hari ini, kita bisa memperbaiki dari dalam apa yang menjadi inspirasi, apa yang menjadi harapan publik, apa yang harusnya bisa kita benahi,’ kata Herzaky (22/2/2024).
Sementara itu, menurut Juru Bicara Timnas Amin, Indra Charismiadji, ini jelas sikap tidak konsisten Demorkat.
“Sebetulnya sih era sekarang ini kan eranya inkonsistenasi yang dulu ngomong A sekarang bisa jadi B,” kata Indra (22/2/2024).
Inkonsistensi itu, kata Indra, yang pada akhirnya membuat rakyat kebingungan terhadap sikap para politisi. Indra menyebut para politisi, khususnya Demokrat, hanya berpikir secara pragmatis.
Sekarang, tinggal rakyat yang menilai, apakah motif utamanya AHY mau menjadi Menteri Jokowi. Atas dasar panggilan, atau atas pengajuan lamaran demi kenyamanan. Apalagi, demi pemanfaatan sumber daya negara bagi kepartaian.*** (O Gozali)