SERAYUNEWS- Momen haru terjadi di sekitar kawasan Tugu Biawak, Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo.
Seorang pedagang kaki lima tak kuasa membendung air mata saat bertemu langsung dengan Rejo Arianto, seniman lokal di balik megahnya Tugu Biawak viral yang kini menjadi ikon baru kota dingin tersebut.
Pedagang tersebut menangis penuh rasa syukur di hadapan Rejo. Ia mengaku pendapatannya meningkat drastis sejak kehadiran tugu yang viral di media sosial itu.
Ramainya pengunjung yang datang untuk berfoto dan menikmati keunikan patung biawak berdampak langsung pada penjualan jajanan dan minuman di lapaknya.
“Dagangan laris pedagang ini menangis dan berterimakasih kepada pembuat Tugu Biawak 50juta,” tulis pemilik akun TikTok @pianofficial di kepsen videonya, Minggu, 4 Mei 2025.
Tampak dalam video itu, pedagang sangat bersyukur, berkat Tugu Biawak dagangannya saat ini laris. Pedagang berterima kasih kepada Rejo Arianto si pembuat tugu.
Sejak diresmikan, Tugu Biawak memang menjadi magnet baru di Jalur Nasional Ajibarang-Secang atau lintas Banjarnegara-Wonosobo.
Pengendara, wisatawan lokal, hingga konten kreator media sosial ramai berdatangan untuk berfoto, berswafoto, hingga sekadar istirahat sejenak di area tersebut.
Kondisi ini otomatis menciptakan peluang ekonomi baru bagi warga sekitar, terutama para pedagang kecil.
Rejo Arianto Tampak Bersyukur dan Ini Menjadi Kemenangan Bersama
Saat mendengar langsung ungkapan tulus dari para pedagang, Rejo Arianto tampak terharu. Seniman asal Wonosobo yang juga lulusan ISI Solo ini tak menyangka bahwa karyanya bisa membawa dampak ekonomi nyata bagi warga kecil di sekitarnya.
Dalam berbagai kesempatan Rejo Arianto menyebutkan, Tugu Biawak ini bukan hanya karya seni. Ini bentuk kecintaannya pada tanah kelahiran.
Dia sangat bersyukur jika tugu ini bisa membantu orang lain, bahkan sekadar membuat dagangan mereka laku, itu lebih dari cukup baginya.
Ia juga menegaskan bahwa sejak awal pembuatan, dirinya tidak mengejar popularitas apalagi keuntungan besar. Bahkan, Rejo sempat mengaku berutang demi memulai proyek ini, karena dana desa belum cair saat pengerjaan awal.
Patung biawak ini viral karena terlihat sangat realistis, meskipun dibangun hanya dengan dana kurang dari Rp 50 juta.
Dibandingkan dengan ikon-ikon daerah lain yang menelan dana hingga miliaran rupiah, tugu ini dianggap sangat “worth it” secara nilai artistik dan dampaknya bagi masyarakat.
Tugu ini jadi tempat wisata gratis yang menghasilkan. Warung masyarakat di sekitar lokasi Tugu Biawak ramai jualannya.
Tugu Biawak bukan sekadar karya seni, tapi simbol harapan baru. Dari tangan dingin Rejo Arianto, patung ini menjelma jadi pemantik ekonomi warga, tempat wisata baru, dan bukti bahwa seni bisa berdampak nyata untuk masyarakat.
Tangisan bahagia pedagang kecil di hadapannya adalah penghargaan tertinggi yang mungkin tak tertulis di piagam, tapi tertanam kuat di hati seniman sejati.