SERAYUNEWS – Masyarakat Jawa mengenal dan masih mempercayai istilah bumi kapetak. Biasanya, ini digunakan sebagai penghitungan weton pasangan yang sedang merencanakan pernikahan.
Bumi kapetak artinya mengarah ke sesuatu bersifat kurang baik atau negatif. Jadi, seringkali para calon pengantin menghindarinya guna mencegah hal yang tidak diinginkan.
Terlebih, tidak sedikit orang Jawa masih megang teguh wajib menghitung weton masing-masing pria dan wanitanya. Hal ini dianggap dapat mempengaruhi nasib batara rumah tangga.
Lantas, bagaimanakah cara menghitung weton bumi kapetak dan seperti apa makan yang terkandung di dalamnya? Berikut serayunews.com sajikan ulasan selengkapnya dalam artikel di bawah ini.
Selanjutnya, melansir dari laman Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI Kemdikbud, weton merupakan hari lahir seseorang dengan pasarannya (Legi, Paing, Pon, Wage, Kliwon).
Nama-Nama tersebut berasal dari nama roh yang menjadi bagian dari jiwa manusia menurut keyakinan leluhur Jawa. Setiap hari biasa dan pasaran disimbolkan dengan angka tertentu agar mudah untuk dihitung.
Ketika melihat “Buku Karakter, Weton, dan Non Performing Financing” dari Tri Hendrik Ikwandoyo, kata weton berasal dari Bahasa Jawa yaitu wetu yang bermakna keluar atau lahir.
Weton adalah hari kelahiran atau bisa disebut juga sebagai gabungan antara hari (Minggu-Sabtu) dan hari pasaran (Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage).
Berikutnya, mengutip buku “Primbon Wanita” susunan Rini Widayanti, bumi kapetak artinya perjodohan kelak akan sering mendapat cobaan yang membuat aib (malu).
Sementara itu, melansir berbagai sumber, secara harfiah bumi kapetak dapat diartikan sebagai tanah kering. Bumi kapetak dalam primbon Jawa mencerminkan konsep keterhubungan spiritual dan simbolis antara manusia dan alam.
Kemudian, pasangan calon pengantin memiliki nasib bumi kapetak jika penghitungan wetonnya tersisa 5 (lima).
Cara pertama untuk menghitungnya adalah Anda harus mengingat bahwa setiap hari biasa dan hari pasaran disimbolkan dengan nilai tertentu.
Inilah rincian cara pertamanya.
– Senin: 4
– Selasa: 3
– Rabu: 7
– Kamis: 8
– Jumat: 6
– Sabtu: 9
– Minggu: 5
– Pahing: 9
– Pon: 7
– Wage: 4
– Kliwon: 8
– Legi: 5
Setelahnya, jumlahkan hari kelahiran calon pengantin pria dan calon pengantia wanita untuk menemukan hasil weton perjodohan. Sebagai contoh:
Selepas itu, hasil penghitungan weton tersebut dibagi dengan angka 7. Sebaiknya, hitung menggunakan operasi pembagian tradisional atau manual, bukan kalkulator. Jadi, rekapitulasi ialah 25 : 7 = 3 dengan sisa 4.
Kemudian, usai mendapatkan sisa penghitungan weton, sesuaikan dengan makna berikut.
1. Hitungan sisa 1 : Wasesa Segoro, memiliki makna perjodohannya kelak akan berakhir bahagia. Tidak hanya itu, rumah tangga keduanya menjadi wibawa tersendiri bagi mereka di masyarakat.
2. Hitungan sisa 2 : Tunggak Semi, berarti perjodohannya bakal sejahtera. Karena, keduanya bisa mencari dan mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah.
3. Hitungan sisa 3 : Sumur Sinaba, artinya perjodohannya berjalan lancar dan bahagia. Bahkan, menjadi inspirasi serta panutan bagi orang-orang di sekelilingnya.
4. Hitungan sisa 4 : Satria Wirang, yaitu perjodohannya kelak akan mendapat banyak penderitaan. Jadi, sebaiknya tidak usah bersama alias melangsungkan pernikahan.
5. Hitungan sisa 5 : Bumi Kapetak, artinya perjodohannya kelak akal sering menerima cobaan yang membuat keduanya menanggung malu.
6. Hitungan sisa 6 : Lebu Ketiup angin, bermakna perjodohannya akan selalu mendapat halangan dan rintangan.
Demikian ulasan mengenai arti bumi kapetak dalam penghitungan weton ketika ingin merencanakan sebuah hubungan ke jenjang pernikahan. Semoga bermanfaat.
***