SERAYUNEWS-Banyak Gen Z merasa gajinya selalu cepat habis meskipun baru menerima pemasukan.
Hidup di era digital dengan kemudahan transaksi cashless dan tren gaya hidup yang berkembang pesat sering kali membuat mereka sulit mengontrol keuangan.
Akibatnya, banyak yang terjebak dalam budaya konsumtif, bahkan tanpa sadar menumpuk utang dari layanan paylater dan cicilan online.
Lalu, bagaimana cara Gen Z mengelola keuangan dengan lebih cerdas agar tetap bisa menikmati hidup tanpa mengalami krisis finansial di akhir bulan?
Gaya hidup You Only Live Once (YOLO) dan Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu faktor utama yang membuat Gen Z cenderung lebih boros.
Mereka lebih mementingkan pengalaman seperti nongkrong di kafe, liburan, hingga mengikuti tren fashion dan gadget terbaru daripada menabung.
Selain itu, kebiasaan berbelanja impulsif yang didorong oleh iklan media sosial membuat banyak orang sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kemudahan akses ke fasilitas keuangan seperti paylater dan cicilan tanpa kartu kredit juga semakin memperparah kondisi ini.
Banyak yang tergiur dengan sistem beli sekarang, bayar nanti, tetapi akhirnya justru terjebak dalam utang yang terus menumpuk.
Kurangnya literasi keuangan juga menjadi faktor yang membuat sebagian besar Gen Z kesulitan mengatur pemasukan dan pengeluaran mereka dengan baik.
Mengelola keuangan dengan baik sejak dini memiliki banyak manfaat jangka panjang, seperti terhindar dari stres finansial & utang menumpuk.
Selain itu, mengelola keuangan bisa membantu kita mencapai financial freedom lebih cepat.
Kemudian, kita juga siap menghadapi masa depan termasuk untuk membeli rumah atau memulai bisnis, serta tetap bisa menikmati hidup tanpa takut kehabisan uang.
Nah, agar terhindar dari masalah keuangan dan tentunya bisa merasakan manfaat dari mengelola keuangan, Gen Z perlu mulai menerapkan strategi pengelolaan keuangan yang lebih cerdas.
Berikut beberapa langkah yang bisa Gen Z lakukan.
Maksudnya, kita bisa mengalokasikan 50% penghasilan untuk kebutuhan, 30% untuk hiburan, dan 20% untuk tabungan/investasi tiap bulannya.
Hal tersebut agar tidak terjebak dalam utang jangka panjang atau bahkan jangan sampai menggunakannya.
Biasanya sekali mencoba maka akan berlanjut. Oleh karena itu, lebih baik batasi diri dari penggunaan paylater & cicilan untuk hidup yang lebih tenang.
Aplikasi itu memantau pemasukan dan pengeluaran. Kadang, tanpa sadar kita mengeluarkan uang untuk hal-hal di luar dari rencana bulanan biasanya.
Nah dengan menggunakan aplikasi keuangan, kita akan lebih teliti terhadap uang masuk dan uang keluar.
Investasi bisa dalam bentuk reksa dana, emas, atau saham agar uang berkembang.
Kalau belum paham bagaimana caranya, kamu bisa melihat tutorial di YouTube atau belajar pada orang yang lebih berpengalaman dalam bidang ivestasi.
Dana ini besarnya minimal 3-6 bulan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk antisipasi dan jaga-jaga. Di sisi lain, kita akan lebih tenang ketika menghadapi masalah keuangan secara tiba-tiba.
Kesimpulan
Meskipun Gen Z hidup di era yang penuh dengan kemudahan dan godaan konsumtif, bukan berarti tidak bisa mengelola keuangan dengan bijak.
Dengan menerapkan strategi budgeting, menghindari utang yang tidak perlu, serta mulai berinvestasi sejak dini, Gen Z bisa tetap menikmati hidup tanpa mengalami kesulitan finansial di kemudian hari.
Jadi, sudah siap untuk mulai mengelola keuanganmu dengan lebih cerdas?***