SERAYUNEWS- Tahun 2023 menjadi tahun gejolak harga pangan, tak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Kabarnya, itu karena adanya El Nino. Nah, bagaimana cara Jokowi hadapi El Nino?
Tercatat, harga beras secara rata-rata eceran nasional cetak rekor, beras premium tembus Rp 15.000 per kg dan beras medium mepet Rp 14.000 per kg.
Karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras secara jor-joran dan kemungkinan akan berlanjut di tahun 2024 ini. Hal itu demi meredam harga beras yang terus menanjak dan mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Mengapa hal itu pemerintah lakukan? Ternyata penyebabnya adalah kekeringan ekstrem yang dipicu fenomena El Nino. BMKG telah memprediksi, El Nino masih akan berlangsung sampai tahun 2024 ini.
Presiden Jokowi mengungkap super El Nino hadir di tujuh provinsi di Indonesia dan mengancam pasokan pangan.
Hal itu beliau katakan dalam pidato di Rapat Kerja Nasional IV PDIP dengan tema Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan Rakyat, di Jakarta (29/9).
“Kenaikan suhu bumi, kekeringan di mana-mana, kemarau panjang, sehingga menyebabkan gagal tanah, menyebabkan gagal panen, dan super El Nino yang ada di tujuh provinsi di negara kita juga mempengaruhi pasokan pangan pada rakyat Indonesia,” tutur Jokowi.
Menurut BMKG, tersebar di Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.
Tak hanya memperbanyak stok beras, Pemerintah juga memberilan Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat terdampak El Nino.
Penyaluran BLT El Nino telah mencapai Rp 6,72 triliun per 21 Desember 2023. Nilai ini setara dengan 89,36% dari total anggaran sebesar Rp 7,52 triliun.
Besaran bantuan BLT El Nino ini adalah Rp 400.000 per keluarga.
“Bantuan BLT El Nino itu memang untuk menyuntik daya beli rakyat yang terkena kemarin super El Nino karena banyak yang busuk, banyak yang produktivitasnya menurun sehingga kita harapkan dengan suntikan itu daya beli rakyat bisa menjadi kembali normal,” ujar Presiden di Kantor Pos Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur (28/12/2023).
Tak hanya itu, Pemerintah juga memberikan bantuan stimulan bagi petani yang gagal panen akibat El Nino.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan ada 35.500 petani yang menerima bantuan tersebut, dengan luas lahan mencapai 26.995,9 hektare.
Rencananya, pemerintah akan menyebar bantuan itu ke berbagai wilayah Indonesia yakni ke 136 Kabupaten di 20 Provinsi.
Besarnya ganti rugi untuk petani yang mengalami gagal panen karena El Nino antara Rp120 juta-200 juta melalui kelompok tani.
“Ini kan ada yang satu kelompok dapat Rp200 juta, ada yang Rp180 juta ada yang Rp122 juta. Semoga nanti segera diterima uangnya, langsung dipakai tanam, tanam, tanam,” kata Jokowi saat menyalurkan bantuan gagal panen untuk kelompok tani di Grobogan, Demak, Pati, Jepara, dan Kudus, dikutip dari akun youtube sekretariat presiden, Selasa (23/1/2024).
Bencana El Nino sungguh berdampak buruk bagi ketahanan pangan kita. El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Dampak yang signifikan di Indonesia terjadi kekeringan, kekurangan air bersih, gagal panen, serta kebakaran hutan dan lahan.
“Fenomena El Nino, sebenarnya ini bukan pertama kali. Kita pernah mengalaminya di antaranya tahun 1962, 1963, 1972, 1973, 1982, 1983, 1997, 1998, 2015 dan 2016,” ujar Eddy Hermawan, peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN (12/10/2023).
El Nino, sebuah nama yang manis tetapi berdampak pahit. Nama El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti anak kecil.
Pada tahun 1600-an, seorang nelayan asal Amerika Serikat untuk pertama kalinya menemukan sebuah fenomena air hangat di Samudra Pasifik.
Demikian cara Jokowi hadapi El Nino.***(O Gozali)