Cilacap Utara, serayunews.com
Satu perahu yang masih bertahan di Pantai Lengkong hingga saat ini, yakni perahu yang diawaki oleh Rasam, Rasim dan Priyanto. Mereka merupakan warga asli setempat yang tinggal dekat dengan Pantai Lengkong.
Alasan mereka memilih bertahan menyandarkan perahu di Pantai Lengkong yang terancam abrasi itu, dikarenakan mereka mempertahankan hasil tangkapan ikan agar bisa masuk ke TPI Lengkong. Menurutnya, meskipun mereka bersandar di pantai lain, hasil tangkapan tetap dijualnya ke TPI Lengkong.
“Saya rasa sama saja, mendarat disana (Pantai Rawajarit Menganti) juga tangkapan dibawa kesini (TPI Lengkong), jadi biar tidak bolak balik bawa motor, kita memilih bertahan bersandar di Pantai Lengkong,” ujar Rasam usai pulang melaut dengan membawa hasil tangkapan udang.
Rasam mengatakan, bahwa sebelum tanggul tekena abrasi, Pantai Lengkong dipenuhi perahu nelayan yang bersandar. Kini hanya tingal satu perahu yang diawakinya yang masih bertahan, sebab nelayan lain takut akibat dampak abrasi itu.
“Yang penting sabar, ditlateni saja. Kalau ombak ya sama, malah kadang besar yang disana (Rawajarit). Mereka diajak kembali tapi masih belum mau, jadi hanya kita yang bertahan,” ujarnya.
Rasam dan rekan awaknya setiap hari melaut dari Patai Lengkong berangkat pada pukul 06.00 WIB dan pulang sekitar pukul 12.00 WIB, terkadang bisa lebih cepat dan bisa lebih lambat tergantung perolehan hasil tangkapan.
Untuk biaya operasional biasanya dikeluarkan sekitar Rp 100 ribu, sedangkan hasil tangkapan tidak mesti, terkadang mendapat Rp 500 ribu bisa lebih dan bisa kurang. Hasil tersebut kemudian bagi 4 orang termasuk pemilik perahu. Seperti pada musim ini, banyak memperoleh tangkapan udang.
“Harapannya kondisi segera membaik dan tanggul bisa diperbaiki, atau diberi pemecah ombak (break water) sehingga nelayan Lengkong bisa kembali bersandar disini (Pantai Lengkong),” ujarnya.
Seperti diketahui, kondisi TPI Lengkong sepi dan nyaris tutup akibat tidak ada transaksi lelang tangkapan ikan, sebab banyak nelayan setempat yang memilih pindah ke pantai lain dan menjual tangkapannya disana. Padahal sebelumnya, nilai produksi ikan di TPI Lengkong bisa mencapai Rp 5 miliar lebih per tahunnya.