SERAYUNEWS-Kekeringan yang semakin meluas di Kabupaten Purbalingga selain disebabkan karena adanya el nino juga diakibatkan terjadinya degradasi lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah bersama guna mengatasinya.
Demikian benang merah dari Dikusi “Kali Ilang Kedunge” yang diselenggarakan Lintas Komunitas Kabupaten Purbalingga, di Bioskop Misbar kompleks Taman Kota Usman Janatin, Minggu (18/9/2023) malam. Hadir dalam kesempatan tersebut sekirar 50 orang yang berasal dari perwakilan dari organisasi pecinta alam dan pemerhati lingkungan.
Penggagas Diskusi dari Forum Purbalingga Hijau (FPH) Kris Hartoyo Yahya dalam kesempatan itu menyampaikan kekeringan yang meluas, kata Kris, ditengarai karena adanya degradasi lingkungan yang terjadi.
“Kerusakan alam tentu akan berdampak berbagai bencana, pada musim penghujan semakin mudah banjir dan longsor, jika musim kemarau mudah kekeringan. Hal ini perlu menjadi kepedulian bersama,” ujarnya.
Sementara itu, Perwakilan Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda Gunanto Eko Saputro menyampaikan data dari BPBD per 16 September 2023 kekeringan terjadi pada 58 desa di 13 kecamatan. Artinya kekeringan hampir merata di seluruh wilayah Purbalingga.
Ketua Komunitas Pegiat Alam Mayapada Rully Suyitno menyebutkan, pecinta alam dan lintas komunitas sudah banyak melakukan kegiatan konservasi. Misalnya seperti penanaman pohon, bersih sungai, pemeliharaan mata air, pendataan juga edukasi. “Kami butuh dukungan dan kolaborasi yang lebih baik dengan seluruh stakeholder agar kegiatan tidak dilaksanakan sporadis tetapi komprehensif dan berkelanjutan,” terangnya.
Koordinator Pos Penyuluh Kehutanan (Posluhut) Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah VII Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (LHK) Provinsi Jawa Tengah Sarwanto menyatakan degradasi lingkungan memang terjadi. Banyak penggundulan dan peralihan hutan menjadi peruntukan lainnya yang kurang bernilai konservasi. “Tantangan kita di lapangan memang benturan antara konservasi dengan kepentingan lainnya, dalam hal ini ekonomi,” katanya.
Budayawan Agus Sukoco menyatakan tema diskusi ini memang relevan dengan kejadian yang terjadi. Menurutnya, ‘Kali Ilang Kedunge’ memang sebuah kenyataan. “Banyak lubuk sungai yang menjadi tempat bermain di saat saya kecil sekarang sudah tidak ada,” katanya.
Menurutnya, perlu perubahan paradigma budaya untuk memperbaiki lingkungan. Misalnya, menempatkan sungai sebagai halaman depan yang harus dijaga.
Pengawas PDAM Tirta Perwira Yudhia Patriana yang hadir dalam acara itu menyatakan pihaknya mengelola 17 mata air dan tentunya terpengaruh dengan keadaan lingkungan. Oleh karena itu, tentu saja pihaknya membuka lebar-lebar kolaborasi dalam pelestarian lingkungan.
Kepala Dinas Pertanian Mukodam menyebutkan kerusakan lingkungan juga berdampak terhadap produktivitas pertanian. Pihaknya, berupaya untuk menyarankan petani praktek-praktek budidaya tanaman yang lebih ramah lingkungan.
Menindaklanjuti hasil diskusi tersebut, Lintas Komunitas Purbalingga akan melakukan aksi bersama untuk mengatasi persoalan degradasi lingkungan di Purbalingga. Salah satunya dengan melakukan aksi penghijauan di sejumlah wilayah.